JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) baru saja mengaktifkan kembali Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk tenor 9 bulan dan 12 bulan.
Pada Senin, (23/7/2018) lalu, BI telah mengumumkan hasil lelang dari SBI tersebut dengan total dana yang berhasil dikumpulkan sejumlah Rp 5,975 triliun.
"Dari total nilai yang ditawarkan Rp 14,2 triliun, dimenangkan Rp 5,9 triliun," jelas Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Nanang Hendarsyah di Gedung BI, Selasa (24/7/2018).
Jika dirinci, untuk masing-masing tenor 9 bulan dan 12 bulan, nilai yang dimenangkan adalah sebesar Rp 4,18 triliun dan dan Rp 1,79 triliun.
Baca juga: BI Tegaskan SBI Tak Akan Ganggu Pasar Surat Utang Pemerintah
Dari masing-masing tenor tersebut, imbal hasil yang diberikan sebesar 6,25 persen untuk SBI tenor 9 bulan dan 6,35 persen untuk SBI tenor 12 bulan.
Rencananya, BI akan melakukan lelang SBI secara reguler setiap bulannya, meski penjelasan lebih lanjut akan diberikan dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada Agustus mendatang.
"SBI ini akan dilakukan setiap bulan, mungkin setelah RDG bulanan kita umumkan, tapi ini belum jadi patokan," lanjut Nanang.
Menahan Arus Modal Keluar
Ekonom Center of Reform On Economics Piter Abdullah mengatakan, langkah BI mengaktifkan kembali SBI setelah terakhir Desember 2016 lalu merupakan upaya untuk menahan arus modal keluar dari Indonesia.
Pasalnya, dengan suku bunga acuan yang sudah dinaikkan sebesar 100 bps per Juni 2018 lalu menjadi 5,25 persen, investor membutuhkan instrumen yang juga antraktif dan memiliki imbal hasil yang kompetitif.
Sementara saat ini, pilihan instrumen investasi di Indonesia masih terbatas pada Surat Berharga Negara (SBN) dan saham saja.
"Memang SBI diharapkan bsia menjadi tambahan daya tarik bagi investor asing sehingga diharapkan bisa menahan arus modal keluar," ujar Piter ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (24/7/2018).
SBI disukai investor asing
Piter pun menilai, selama ini SBI memang instrumen yang disukai oleh asing. Sebab, SBN dirasa tidak memiliki kedalaman yang cukup besar.
Sehingga, di tengah kondisi arus modal yang mengalir deras keluar akibat kondisi global, banyak penanam modal asing yang memilih untuk menjual SBN yang mereka pegang.