Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: BI Harus Bisa Jaga Rupiah Sepanjang Juli hingga Agustus

Kompas.com - 25/07/2018, 08:15 WIB
Mutia Fauzia,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Depresiasi terhadap rupiah terus berlangsung. Hingga Selasa, (24/7/2018), posisi rupiah di pasar spot Bloomberg berada pada posisi Rp 14.545 per dollar AS.

Sementara, pada penutupan pasar uang sebelumnya, rupiah berada pada posisi Rp 14.482 per dollar AS.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, sepanjang Juli hingga Agustus mendatang, Bank Indonesia harus bisa mengembalikan rupiah atau setidaknya menjaga rupiah agar tidak terus melemah terhadap dollar AS.

Sebab, pada September mendatang ada faktor risiko tekanan baru, yaitu kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Baca juga: Trump Tak Senang Jika The Fed Terus-terusan Naikkan Suku Bunga

"September akan ada sumber tekanan baru, The Fed naikan suku bunga lagi, dan itu akan nekan rupiah lagi. Jadi kita punya ruang, sepeanjang Juli sampai Agustus. Seharusnya BI bisa membawa rupiah untuk menguat di Juli-Agustus, supaya ada ruang di September. Kalau Juli-Agustus terlampau tertekan takutnya kita kedodoran," ujar Piter ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (24/7/2018).

Banyaknya sentimen positif di bulan Juli hingga Agustus ini, menurut Piter, seharusnya cukup untuk mengembalikan rupiah ke level psikologisnya.

"Kan domestik sudah ada berita baik, seperti perbaikan neraca perdagangan, dan kayanya review GSP (Generalized System of Preferences/Sistem Preferensi Umum) ada solusi yang kita dapatkan dengan AS, ini mungkin tambahan good news yg kita harapkan bisa membuat rupiah menjadi lebih stabil di Agustus," lanjut Piter.

Instrumen operasi moneter

BI pun baru saja mengaktifkan kembali instrumen operasi moneter Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan dan 12 bulan.

SBI merupakan salah satu sarana menstabilkan rupiah setelah kenaikan suku bunga sebesar 100 bps hingga Juni lalu yang ternyata belum cukup untuk mengembalikan rupiah ke level psikologisnya.

Piter menilai, langkah ini akan efektif untuk dapat menahan arus modal keluar dan mendorong stabilitas rupiah andai saja kondisi eksternal juga mendukung.

"Kita tinggal bicara pull and push factor saya yakin ini (SBI) efektif dia menambah daya pull factor-nya, tapi seperti apa kondisi di luar itu yg akan lebih menentukan juga. selama kondisi di luar masih menimbulkan rasa tidak confident market, dan itu lebih besar dari daya tarik yang diciptakan SBI, dia (arus modal) masih akan keluar," ujar Piter.

Baca juga: Lelang SBI, BI Serap Dana Rp 59 Triliun

Piter melihat adanya pergeseran pola yang memengaruhi nilai tukar. Jika sebelumnya arus modal asing dan suku bungalah yang dapat berpengaruh terhadap nilai tukar, namun kini kondisi global jauh lebih dominan.

"Selama belum ada kabar bagus di hal ini, saya meyakini aliran modal keluar yg menekan rupiah ini akan terus berlangsung," lanjut dia.

Langkah BI menerbitkan kembali SBI merupakan sebuah keharusan meski bagi Piter, hal tersebut belum cukup untuk menahan arus modal keluar.

"Ini adalah necessary condition yang harus dilakukan oleh BI, tapi belum tentu cukup, belum tentu sufficient untuk menarik kembali bahkan sekadar menahan, akan sangat bergantng faktor di luarnya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com