Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Gebrakan Kementan Agar Komoditas Pangan Lokal Berdaya Saing Global

Kompas.com - 25/07/2018, 20:41 WIB
Mikhael Gewati,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Komoditas pangan lokal sebenarnya punya potensi berdaya saing global. Namun sayang, hingga kini potensi tersebut belum tergarap dengan serius sehingga kalah bersaing dengan produk pangan negara lain.

"Panganan lokal kita dari segi kompetitif sangat kurang. Contohnya emping jagung lokal. Produk ini sudah lama kita punya, tetapi tampilannya seperti itu saja sehingga tidak masuk pasar global," kata Ketua Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi di Hotel Kertika Chandra, Jakarta, Rabu (25/07/2018).

Padahal menurut dia, banyak panganan dari negara lain yang berdaya saing global tetapi bahan bakunya dari Indonesia.

Agung mencontohkan makanan ringan kacang mete yang banyak ditemui di Jepang sebenarnya bahan bakunya berasal dari biji jambu mete dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Gurihnya Bisnis Kacang Mete Beromzet Ratusan Juta

Untuk itu, sebagai salah satu cara meningkatkan daya saing pangan lokal Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian akan menyelenggarakan Gelar Pangan Nasional (GPN) 2018 di Kartika Expo, Balai Kartini, Jakarta.

GPN sendiri adalah ajang memperkenalkan panganan lokal nusantara baik itu dalam bentuk segar maupun olahan. Event ini akan berlangsung dari Jumat (27/7/2018) hingga Minggu (30/7/2018).

Total akan ada 113 peserta yang akan berpartisipasi mengisi stand pameran makanan lokal GPN. Mereka berasal dari seluruh badan atau instansi ketahanan pangan provinsi dan kabupaten atau kota, kementerian atau lembaga pemerintah pusat.

Lalu ada juga dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perguruan tinggi, koperasi, UKM, serta pelaku bisnis dan pemerhati panganan lokal.

Dimulai dari Jakarta

Sebagai informasi penyelenggarakan GPN kali adalah yang ketiga kalinya setelah pada 2015 diadakan di Padang, Sumatera Barat. Lalu 2016 di Pontianak, Kalimantan Barat. Tahun lalu, event ini absen dilaksanakan.

Agung mengatakan dipilihnya Jakarta sebagai tempat pelaksanaan GPN ketiga supaya gaung yang dihasilkan acara tersebut lebih besar. Artinya panganan lokal nusantara bisa diketahui lebih masyarakat luas.

Bukan hanya itu, kalangan pengusaha bahkan masyarakat menengah ke atas pun bisa mengetahui potensi pangan lokal Indonesia.

Ilustrasi kacang kedelaithavornc Ilustrasi kacang kedelai

"Di Jakarta ini kan banyak pengusaha, mereka bisa datang liat produk pangan lokal kita. Kemudian menganalisasi di mana letak kekurangannya, lalu memperbaikinya sehingga bisa menjadi produk berkualitas yang punya daya saing global," kata Agung.

Dengan begitu, lanjut dia, nilai industri panganan lokal pun akan meningkat. Tak cuma itu, pemerintah pun berharap melalui GPN ketiga nanti akan ada masukan positif dari berbagai pihak yang kompeten di bidang industri pangan lokal.

"Pada event nanti akan ada diskusi atau talkshow yang dihadiri oleh UKM, pihak pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga riset penelitian di Jakarta. Dari situ itu diharapkan ada masukan bagaimana cara untuk memajukan industri panganan lokal Indonesia," ujar Agung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com