Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Ekspor Produk Halal, Ini Strategi yang Ditempuh Pemerintah

Kompas.com - 26/07/2018, 09:14 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri dan komoditas produk halal tengah berkembang Indonesia. Tak hanya makanan, tapi juga pakaian dan pariwisatanya. Ketiga subsektor itu dianggap paling berpotensi menghasilkan nilai ekspor yang tinggi.

Tak hanya meningkatkan devisa, tapi juga mengurangi defisit neraca pembayaran. Namun, sayangnya Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara lain yang juga memproduksi produk halal.

Untuk sektor makanan, misalnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa Indonesia kalah dari Thailand yang mengekspor 25 persen bumbu halal. Indonesia juga kalah dati Australia yang mengekspor daging halal terbesar di dunia.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, jika ingin memajukan ekspor, sebaiknya Indonesia fokus dengan produk-produk yang tingkat kompetitifnya tinggi.

"Kalau bicara industri pengolahan, makanan dan minuman kita salah satu kompetitif dan ekspornya tinggi," ujar Bambang di Kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (26/7/2018).

"Tinggal memperkuat branding bahwa produk makanan dan minuman Indinesia jadi produk halal," lanjut dia.

Dengan adanya branding tersebut, maka Indonesia bisa merebut posisi puncak dalam persaingan industri makanan dan minuman halal. Selain makanan, industri terkuat lainnya adalah garmen. Lagi-lagi, meski sudah banyak produksi pakaian muslim buatan lokal, porsi impornya masih jauh lebih besar.

Bambang mengatakan, solusinya bukan dengan melarang impor, tapi justru kualitas pakaian muslim di Indonesia harus ditingkatkan agar sejajar dengan produk impor.

Sementara itu, sektor pariwisata juga aspek yang cukup kompetitif. Indonesia menduduki posisi keempat di dunia, di bawah Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki untuk pariwisata halal. Adapun destinasi wisata halal yang kerap dikunjungi wisatawan mancanegara terletak di Bali, Jakarta, Labuan Bajo, dan Mandalika.

Ia meyakini pariwisata halal dapat mengurangi defisit dan menyumbang pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sektor pariwisata termasuk salah satu penghasil devisa terbesar. Pada 2019, diproyeksikan sektor pariwisata dapat menyumbang devisa sebesar 20 miliar dollar AS. Bambang yakin Indonesia bisa menggeser Malaysia, Arab, dan Turki dari jajaran teratas indikator wisata halal. Namun, Indonesia patut waspada dengan Thailand yang potensi pariwisatanya sangat besar.

"Meski posisinya di bawah Indonesia tapi Thailand bisa gaet lebih dari 30 juta wisman setahun. Tentunya ini ancaman," kata Bambang.

Senada dengan Bambang, Perry Warjiyo juga mendorong pelaku induatri agar fokus dengan produk-produk unggulan untuk diekspor.

"Keroyokin kegiatan kita untuk mengembangkan produk itu dari end to end proses. Mulai dari produksi sampai packaging, sampai distribusi," kata Perry.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com