Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Kuliahan Bisa Jajal Profesi Make Up Artist untuk Tambah Uang

Kompas.com - 27/07/2018, 09:00 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Belakangan, tren profesi sebagai Make Up Artist (MUA) memili proses bisnis yang cukup menjanjikan. Bahkan, sudah ada beberapa MUA kenamaan Indonesia yang merambah pasar Internasional.
 
Sebut saja Ryan Olgivy yang telah bekerja sama dengan merek make up kenamaan dunia, dan Bubah Alfian yang juga sempat menjadi MUA untuk ajang pencarian model berbakat Amerika Serikat (AS). Jika sudah sekelas mereka, penghasilan yang dikantongi bisa mencapai jutaan rupiah.
 
MUA belakangan ini menjadi profesi yang menjanjikan. Tak hanya bagi mereka yang telah profesional dan senior. Anak kuliahan pun bisa menjajal profesi ini untuk bisa mendapatkan uang.
 
Seperti yang dilakukan Yogi Sutrisno (26), yang saat ini sedang bergelut untuk membangun cita-citanya menjadi seorang make up artist (MUA) dari nol. Pemuda asal Karawang yang kini masih duduk di perguruan tinggi ini, sejak lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), dirinya mulai merasa tertarik untuk menggeluti dunia MUA.
 
"Awalnya karena penasaran, tertarik sama make up, kok seseorang yang tadinya biasa saja setelah memakai make up jadi berubah luar biasa," jelas Yogi ketika ditemui Kompas.com di Jakarta, Rabu (25/7/2018).
 
Berbekal dengan peralatan make up milik ibunya, Yogi pun belajar make up secara otodidak.
"Dulu cuma modalnya peralatan make up ibu, lipstick, bedak, eyeshadow sama blush on," lanjut dia.
 
Modal awal tersebutlah yang kemudian dia kembangkan. Dari yang awalnya baiaya layanan make up yang ia tawarkan sejumlah Rp 80.000 per orang, hingga akhirnya dia membandrol jasa make upnya menjadi Rp 150.000 hingga Rp 250.000 per orang. Peralatan make upnya pun kini jauh lebih lengkap.
 
"Dulu ada job pertama kali banget Rp 80.000 nah itu dibeiin perlengkapan make up yang nggak ada apa nih, ntar kalau ada job beli lagi, dari bawah dikit-dikit," ujarnya.

Terinspirasi Almarhum Nenek

 
Yogi mengatakan, almarhum neneknya yang berprofesi sebagai perias pengantin menjadi salah satu faktor yang mendorongnya untuk membulatkan telat menjadi seorang MUA.
 
Tak hanya itu, beberapa saudaranya pun memiliki Wedding Organizer (WO), sehingga dirinya kerap bertanya mengenai tata rias serta tren yang sedang berkembang saat ini.
 
"Kebetulan alamarhum nenek perias pengantin, saudara juga punya WO jadi suka nanya-nanya gimana caranya, gitu," lanjut dia.
 
Jalan yang ditempuh oleh Yogi untuk menjadi MUA pun bukan tanpa hambatan. Saat dirinya pertama kali memutuskan untuk belajar, anggota keluarganya banyak yang melarang, mengingat dirinya seorang laki-laki.
 
"Tapi saya mau membuktikan, kalau saya bisa, dan memang saya bisa," ujar Yogi.
 
Dirinya yang saat itu kebetulan sedang kuliah dan belum memiliki pekerjaan pun mulai menggali potensi dan mencoba mencari peruntungan dari dunia rias. Berawal dari satu tetangga ke tetangga lainnya, nama Yogi sebagai perias mulai dikenal oleh orang-orang di sekelilingnya.

Menurunkan ke Adik

 
Yogi bercita-cita, selepas kuliah dia ingin menurunkan kemampuan make upnya kepada kedua adiknya. Sebab, dirinya ingin bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan modal agar bisa membangun bisnis MUA yang lebih mapan.
 
"Kebetulan 2 adik saya perempuan, saya pengin cari kerja dulu habis kuliah, buat cari modal usaha juga, makannya mereka saya ajarin biar sementara saya kerja bisa mereka terusin usaha make upnya, biar nggak mati," lanjut Yogi.
 
Yogi pun secara perlahan mulai belajar bagaimana cara mengelola bisnis yang baik. Dirinya berusaha untuk terus konsisten berkecimpung di bidang ini, salah satunya melalui pelatihan bisnis yang dia dapatkan dari Skilled Youth Season 3 kerjasama antara Citi Indonesia dan Indonesian Business Links. Meskipun, hasil yang dia dapatkan belum cukup besar. 
 
"Per bulan paling 3 sampai 4 pelanggan buat kondangan atau party gitu, ya memang baru sedikit sih, tapi udah lumayan buat nabung dan beli make up baru," tukas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com