Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Minta Para Taipan Bawa Valasnya ke Indonesia

Kompas.com - 27/07/2018, 15:10 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Upaya pemerintah menumpuk cadangan devisa memang masih berat. Defisit yang terjadi di necara dagang akibat nilai impor yang lebih besar ketimbang ekspor menjadi bukti.

Upaya pemerintah kini memasuki tahap baru. Lihat saja, Kamis (26/7) kemarin, Presiden Joko Widodo mengumpulkan 40 taipan di Istana Bogor.

Tampak hadir: pendiri dan pemilik Medco Group Arifin Panigoro, bos Salim Group Anthony Salim, Chairman GarudaFood Group Sudhamek Agung WS. bos Grup Djarum Robert Budi Hartono, pendiri Rajawali Group Peter Sondakh, hingga pendiri sekaligus Chairman Jababeka Group Setyono Djuandi Darmono.

Berlangsung hampir dua setengah jam, Presiden Jokowi mengajak para pemilik perusahaan itu untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Baca juga: Jokowi: Ongkos Sosialnya Sangat Besar jika Persatuan Kita Rusak karena Pilpres

Beberapa poin penting yang jadi bahan diskusi pengusaha dan pemerintah antara lain kebijakan ekspor dan hambatan investasi serta keinginan pemerintah agar taipan membawa valas mereka masuk ke Tanah Air.

Hitungan pemerintah masih ada 15 persen valas para taipan itu tersimpan di luar negeri. "Tak ada halangan apapun pengusaha untuk membawa devisa ke dalam negeri," ucap Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai pertemuan.

Dengan begitu ini akan membantu pemerintah menstabilkan nilai tukar rupiah

Valas hasil ekspor itu juga bisa diinvestasikan untuk meningkatkan ekonomi dan kapasitas usaha para taipan itu. 

"Pak Presiden juga mengajak pengusaha untuk fokus pada usahanya dan ekspor yang ditingkatkan," ujar Menkeu.

Baca juga: Gubernur BI: Defisit Transaksi Berjalan 25 Miliar Dollar AS Masih Aman

Dengan competitiveness, Menkeu yakin, Indonesia mampu mengatasi penguatan dollar.

Upaya penguatan rupiah memang memakan banyak devisa. Jika Januari 2018, posisi cadangan devisa masih di 131, 98 miliar dollar AS saat ini (Juni) tersisa 119,83 miliar dollar AS. Hanya, upaya menguatkan rupiah belum berhasil lantaran tekanan eksternal masih menghantui.

Para pengusaha mengaku, hasil devisa hasil ekspor sejatinya sudah masuk ke Indonesia. Tapi memang sebagian disimpan untuk membeli bahan baku atau kewajiban ke perbankan asing.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani mengatakan, kewajiban ke bank memang jadi salah satu alasan devisa sulit masuk. "Bank yang kasih kredit mau uangnya ditaruh di bank mereka di luar negeri, ujar Rosan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menambahkan, secara teori, devisa pasti kembali ke Tanah Air. "Untuk apa kami simpan di luar negeri," katanya.

Hanya, masih banyak kebijakan pemerintah yang tak ramah bagi usaha. Misal, izin ekspor yang masih berbelit, kebijakan insentif pajak yang masih sulit dinikmati hingga masalah persepsi atau keyakinan bahwa saat pengusaha butuh devisa, pemerintah bisa menyediakan. (Sinar Putri S.Utami)

Berita ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul Presiden Jokowi minta taipan bawa pulang devisa


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Angkutan Lebaran 2024, Kemenhub Siapkan Sarana dan Prasarana Transportasi Umum

Whats New
Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Reksadana Saham adalah Apa? Ini Pengertiannya

Work Smart
Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Menhub Imbau Maskapai Tak Jual Tiket Pesawat di Atas Tarif Batas Atas

Whats New
Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Anak Usaha Kimia Farma Jadi Distributor Produk Cairan Infus Suryavena

Whats New
Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Cara Cek Formasi CPNS dan PPPK 2024 di SSCASN

Whats New
Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Pertamina Patra Niaga Apresiasi Polisi Ungkap Kasus BBM Dicampur Air di SPBU

Whats New
HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

Whats New
BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

Work Smart
Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

Whats New
Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com