Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Nufransa Wira Sakti
Staf Ahli Menkeu

Sept 2016 - Jan 2020: Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan.

Saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Pengawasan Pajak

Pengelolaan APBN dan Jawaban atas Lontaran Kritik Rizal Ramli

Kompas.com - 29/07/2018, 10:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR yang membahas perkembangan ekonomi terkini dan APBN 2018, Menteri Keuangan Sri Mulyani, (Menkeu SMI) menjawab pertanyaan anggota DPR mengenai pengaruh perubahan nilai mata uang rupiah terhadap dollar AS dan perubahan harga minyak yang berbeda dari asumsi awal dalam APBN 2018, terhadap keseluruhan postur APBN.

Menkeu menjelaskan dalam APBN 2018, bila parameter penghitungan lain di dalam APBN tidak berubah (ceteris paribus), maka setiap perlemahan rupiah sebesar Rp 100 terhadap dollar AS akan berdampak surplus sekitar Rp1,7 triliun.

Sedangkan, setiap kenaikan harga minyak diatas asumsi, juga akan menambah penerimaan negara dari migas baik dalam bentuk pajak maupun non pajak. Perubahan tersebut hanya di dalam postur APBN, tentunya perubahan kedua variabel yaitu mata uang dan harga minyak mempengaruhi perekonomian secara luas.

Pernyataan ini langsung “disambar” oleh Pak Rizal Ramli (Pak RR) yang menyatakan “kalau begitu biarin aja Rp 20.000/dollar AS, pinter-pinter ndablek”.

Pak RR juga mencuit bahwa memang APBN untung, tapi bebannya digeser ke Pertamina, PLN dan kenaikan harga pangan untuk rakyat.” Ini yang ngomong akuntan APBN atau ekonom yang ndak ngerti makro? Kasihan Presiden Jokowi dikibulin terus," begitu tambahnya.

Pernyataan RR yang selalu dan berkali-kali sangat personal dan bernada tidak sopan dan jauh dari kebenaran sungguh disayangkan, semoga sikap tersebut tidak menjadi contoh bagi generasi muda.

Mudah-mudahan penjelasan singkat ini akan menyegarkan pemahaman Pak RR kembali tentang APBN sehingga lebih bijak dalam berkomentar.

Manusia Indonesia sangat paham mengenai filsafat tanaman padi, semakin berisi maka akan semakin menunduk dan rendah hati.

Penjelasan Menkeu di DPR adalah dalam konteks APBN 2018 (karena agenda pembahasan rapat kerja memang mengenai outlook APBN 2018), yaitu penjelasan mengenai sensitivitas asumsi makro nilai tukar dan harga minyak terhadap APBN.

Tambahan Pendapatan

 

Depresiasi rupiah dan kenaikan harga minyak akan berkontribusi terhadap penerimaan negara baik dari migas maupun penerimaan non pajak. Depresiasi juga menambah belanja dalam bentuk subsidi BBM, listrik dan belanja pembayaran kewajiban yang menggunakan mata uang asing.

Apabila parameter lain seperti volume subsidi dan produksi minyak tidak berubah (ceteris paribus), maka kenaikan pendapatan negara akibat kenaikan harga minyak dan depresiasi rupiah adalah lebih tinggi dari kebutuhan belanja yang berhubungan dengan minyak dan nilai tukar.

Pengaruh positif kedua variabel ini terhadap postur APBN tidak berarti akan sama terhadap perekonomian. Karena nilai tukar rupiah akan mempengaruhi impor, ekspor, inflasi, suku bunga dan Invetasi dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan bahkan kesempatan kerja.

Pemerintahan sangat memahami dimensi luas dari dampak perubahan kedua variabel tersebut.

Oleh karena itu pemerintah terus melakukan dan meningkatkan koordinasi sangat erat dan antisipasi kebijakan secara efektif dan kredibel dengan terus mendorong ekspor dan kegiatan pariwisata yang menghasilkan devisa, dan mengendalikan impor dengan membangun industri substitusi impor agar semakin kuat.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com