“Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan merupakan bagian terbesar dari struktur biaya produksi daging ayam dengan porsi 65 hingga 70 persen dari total biaya produksi yang dibutuhkan. Sementara itu, proporsi jagung dalam pembuatan pakan ternak, khususnya ayam ras mencapai 40 hingga 50 persen. Jadi peningkatan produktivitas jagung menjadi salah satu perhatian utama kami demi mendukung keberlangsungan industri peternakan nasional,” ujarnya.
Saat ini, kebutuhan jagung untuk pakan di Indonesia mencapai 7,8 juta hingga 8,5 juta ton per tahun.
Dengan perkembangan pesat pada industri peternakan ayam ras, Kariyasa memperkirakan kebutuhan jagung untuk pakan juga akan meningkat.
Baca juga: Sumbawa Siap Olah Limbah Jagung Jadi Pakan Ternak dan Biomassa
Ia memrediksi dalam sepuluh tahun mendatang, kebutuhan jagung untuk pakan ternak akan mencapai lebih dari 16 juta ton. Oleh karenanya, Kariyasa memastikan bahwa produksi jagung nasional masih melebihi kebutuhan industri pakan ternak.
Dengan kondisi produksi jagung surplus ini, pemerintah melalui Kementan mendorong ekspor jagung.
Diharapkan ekspor jagung akan lebih menguntungkan bagi petani, terutama dengan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika.
“Saat ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan ekspor jagung. Mendorong ekspor jagung tentunya akan menguntungkan banyak pihak yang terlibat dalam usaha tani komoditas jagung, termasuk petani. Kita pun turut diuntungkan karena akan mampu menghasilkan devisa yang lebih banyak dalam bentuk rupiah,” ujar Kariyasa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.