JAKARTA, KOMPAS.com - Naiknya bahan bakar minyak non-subsidi sejak 1 Juli 2018 mempengaruhi inflasi Juli 2018.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan inflasi Juli 2018 sebesar 0,28 persen. Dalam hal ini, sub-kelompok bahan bakar memiliki andil inflasi sebesar 0,06 persen.
"Kenaikan harga bensin ini menyumbang inflasi 0,06 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/8/2018).
Diketahui, harga Pertamax di Jakarta per 1 Juli 2018 menjadi Rp 9.500, naik Rp 600 dari Rp 8.900. Sementara harga Pertamax Turbo naik menjadi Rp 10.700 pada 1 Juli 2018, dari sebelumnya Rp 10.100.
Baca juga: Kebijakan Subsidi Harga BBM Dianggap Bebani Keuangan Pertamina
Adapun harga Dexlite naik menjadi Rp 9.000 per liter, naik Rp 900 dari Rp 8.100 per liter.
Selanjutnya, Pertamina Dex naik dari Rp 10.000 menjadi Rp 10.500.
Di sisi lain, harga Solar non-subsidi, Pertalite, dan Pertamax Racing tidak berubah. Masing-masing harga tersebut adalah Rp 7.700 untuk solar non-subsidi, Rp 7.800 untuk Pertalite, dan Rp 42.000 untuk Pertamax Racing.
Suhariyanto mengatakan, angka inflasi Juli 2018 masih aman terkendali. Meski begitu, ada sejumlah komoditas yang harus menjadi perhatian ke depan, yaitu bahan makanan dan bahan bakar.
Baca juga: Moeldoko Kenaikan Harga Pertamax-Pertalite Bikin Premium Langka
Apalagi, bahan bakar sangat dipengaruhi faktor eksternal di mana terjadi kenaikan harga minyak dunia.
"Masih ada bayang-bayang kenaikan harga minyak dan beberapa komoditas," kata Suhariyanto.
"Tapi inflasi 0,28 persen lumayan bagus dan sesuai dengan harapan," lanjut dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.