Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AirAsia: "Traffic" Penumpang Bisa Naik jika "Airport Tax" Turun

Kompas.com - 02/08/2018, 17:08 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - AirAsia Indonesia mendorong agar pemerintah segera mengadakan terminal atau bandara khusus untuk maskapai penerbangan berbiaya rendah atau low cost carrier (LCC). Salah satu tujuan mengadakan terminal atau bandara khusus LCC agar Passenger Service Charge (PSC) atau airport tax bisa turun sehingga harga tiket jadi lebih murah.

"Makanya kenapa kami terus push Jakarta punya LCCT (LCC Terminal), supaya PSC-nya turun. Sekarang kan di Terminal 3 (Soekarno-Hatta) Rp 230.000. Kalau diturunin jadi Rp 110.000, toh itu biaya enggak dinikmati oleh airline, itu dinikmati oleh penumpang," kata CEO AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan saat ditemui di Hotel Kempinski, Kamis (2/8/2018).

Dendy memisalkan, dengan acuan PSC di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta ada satu juta penumpang, bila PSC diturunkan jadi Rp 110.000 maka kemungkinan akan ada tambahan penumpang sampai tiga juta.

Perbandingannya lebih untung ketika PSC diturunkan karena jumlah penumpang tambah banyak yang artinya pendapatan ke maskapai, pengelola bandara, serta pemerintah pada umumnya lebih tinggi dibanding sebelumnya.

Baca juga: ?Airport Tax? Domestik di Bandara Ahmad Yani Tetap Rp 50.000

"Kalau misalkan dengan Rp 230.000 dengan satu juta penumpang, dengan Rp 110.000 tiga juta penumpang, lebih untung mana coba? Tentu itu akan win-win, praktis untuk pemerintah, airline, buat AP II juga jadi lebih tinggi," tutur Dendy.

Hitung-hitungan sederhana itu baru dari sisi tiket pesawat. Belum dengan keuntungan dari bisnis non aeronautikal dengan semakin banyaknya penumpang, di mana asumsinya makin banyak orang yang beli makanan dan berbelanja di merchant yang ada di bandara.

Dari perkembangan terakhir, PT Angkasa Pura II disebut hendak menjadikan Terminal 2 di Bandara Soekarno-Hatta jadi terminal khusus LCC. AirAsia mengaku sudah menyampaikan minatnya untuk bekerja sama, baik sebagai pengelola atau ikut berinvestasi di sana, namun belum ada tanggapan lebih lanjut dari AP II.

Kompas.com telah menghubungi Vice President Corporate Communication AP II Yado Yarismano untuk menanyakan perihal rencana terminal khusus LCC tersebut, namun belum direspons.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Bulog Siap Beli Padi yang Dikembangkan China-RI di Kalteng

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com