Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Darmin: "Saving" Rendah karena Ada Kebocoran Ekonomi Kita

Kompas.com - 02/08/2018, 21:39 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, ada satu kelemahan fundamental ekonomi Indonesia yang patut diwaspadai. Menurut dia, Indonesia sangat bergantung kepada dana asing.

Hal itu karena masih sangat rendahnya simpanan (saving) masyarakat Indonesia, sehingga diperlukan modal asing untuk investasi, pembelian saham di pasar modal, hingga obligasi negara yang diterbitkan pemerintah.

Bahkan kata Darmin, sekitar 45-50 persen saham Indonesia di pasar modal dari asing. Dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang hanya 12-14 persen, angkanya cukup jauh.

Darmin mengatakan, rendahnya saving masyarakat bukan karena korupsi atau pengeluaran yang terlalu boros, melainkan serapan devisa yang belum maksimal.

"Salah satu sumber utama saving rendah karena ada kebocoran ekonomi kita. Dalam kaidah ekonomi, kalau devisanya tidak masuk, itu bocor namanya," ujar Darmin saat menjadi pembicara di acara Business Lunch with Jusuf Kalla dengan tema Waspada Ekonomi Indonesia di Tahun Politik, di Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Baca juga: Menko Darmin: Kita Tidak Bisa Menganggap Situasi Makin Tenang...

Darmin menyebut, dari seluruh aktivitas ekspor, devisa yang masuk hanya sekitar 80 persen. Sementara Bank Indonesia melansir serapan devisa sebesar 90 persen. Hal ini membuat kemampuan uang beredar juga rendah.

Menurut Darmin, secara hukum sebenarnya tidak menyalahi karena ternyata regulasi di Indonesia pun memperbolehkan. Lebih parahnya lagi, kata Darmin, dari 80 persen tersebut, hanya sekitar 15 persen yang ditukar ke rupiah.

"Sisanya dibikin tabungan, biro, deposito dalam dollar AS," kata Darmin.

Darmin mengatakan, hal ini berdampak buruk karena bank tak berani menerima valas untuk tabungan usaha, apalagi hanya giro yang bisa dengan mudah diambil kapan saja. Jika diambil melampaui jumlah maksimal, akan melanggar aturan moneter.

Pelaku usaha akhirnya mencari alternatif lain dengan menyimpan valas di bank luar negeri seperri Singapura dan Hongkong yang bunganya tergolong kecil.

"Ini dia, sumber yang relatif besar dari saving yang rendah," kata Darmin.

"Selama dia saving-nya rendah, kita selalu perlu, bukan hanya modal asing untuk investasi, tapi juga beli saham kita, beli obligasi kita," lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com