Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lirik Peluang Bisnis Berkebun Bunga Matahari dalam Pot

Kompas.com - 05/08/2018, 09:37 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Ana Shofiana Syatiri

Tim Redaksi

BALI, KOMPAS.com - I Gde Wikarga awalnya tidak terpikirkan untuk bisnis tanaman kebun sebelumnya. Namun, justru hal tersebutlah yang kini sedang ia geluti.

Pemuda yang kini bekerja di bidang kontruksi ini, awalnya melirik bisnis tanaman pot karena ia ingin berkebun tapi tidak ada lahan luas di rumahnya.

“Saya itu dulu ingin berkebun tetapi tidak memiliki lahan dan area kosong kecuali balkon rumah. Saya berpikir bagaimana caranya agar balkon rumah saya dibuat lebih hijau dan nyaman dilihat. Akhirnya ide membuat growing kit pun ada,” ujar Gde kepada Kompas.com, Sabtu (4/8/2018).

Awal memutuskan berbisnis, Gde mulai mencari berbagai referensi. Mulai dari diskusi hingga mencari bibit yang cocok untuk ditanami.

Dia pun memutuskan beberapa bibit buah dan sayur seperti tomat, cabai, terong dan mentimun sebagai produk bisnis berkebun di pot yang diberi nama Potme Farm.

“Saya cari bahan itu diskusi dengan teman yang ahli di pertanian. Diskusi-diskusi akhirnya menemukan benih, media tanam, dan pupuk yang pas,” ucap Gde menambahkan.

Kini, untuk pasokan benih, dia bekerja sama dengan pemasok yang ada di Pulau Jawa.

Menurut Gde, yang unik dari Potme Farm justru adalah menanam bunga matahari dalam pot. Peminat dari bunga matahari ini lumayan banyak, kata dia.

“Iya bunga matahari jarang banget yang jual kalau di sini, tapi yang suka banyak,” Gde mengungkapkan.

Dia menjelaskan bahwa pasokan benih bunga matahari ini diproduksi bekerja sama dengan salah satu dosen pertanian di Universitas Udayana. 

Rencana ke depan, bibit bunga matahari yang bisa ditanam dalam pot diameter 40 cm ini akan dibuat massal.

“Rencana ke depan kami akan buat benih bunga matahari saset secara masal. Karena bunga matahari sangat banyak peminatnya,” ujar dia.

Mengenai omzet, Gde mengatakan masih kecil karena memang terbilang baru bisnisnya. Kebanyakan, ia membidik masyarakat yang ingin berkebun tapi minim lahan.

“Kalau omzet masih belum banyak, Rp 3 juta sampai Rp 8 juta perbulan. Itu setara dengan 100 sampai dengan 250 produk per bulan,” ujar Gde.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com