Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kesalahan yang Kerap Dilakukan Startup dalam Berbisnis

Kompas.com - 13/08/2018, 16:17 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan rintisan atau startup kerap kali melakukan langkah yang riskan di tahap awal membangun bisnisnya. Apalagi jika kondisi arus kas (cashflow) masih belum stabil.

Bukannya menarik minat pelanggan dan mengikat mereka, strategi tersebut malah membuat perusahaan bangkrut. Co-founder Jagartha Advisor FX Iwan sebagai konsultan investasi menilai, ada kesalahan yang kerap dilakukan perusahaan startup.

1. Membuat Promosi Besar-besaran di Awal Berdiri

"Basisnya belum tentu repetitive dan scalable, tapi berani kasih insentif dengan promo dan diskon supaya menarik," ujar Iwan kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (13/8/2018).

Namun, begitu masa promosi selesai, belum tentu target yang ingun dicapai. Pelanggan belum tentu "setia" dengan produk yangnditawarkan dan hanya mengambil keuntungan dari insentifnya saja.

Hal ini yang membuat investor maju-mundur untuk berinvestasi.

"Ketika insentif selesai, tidak berkembang lagi. Banyak kesalahan startup di sisi itu," kata Iwan.

2. Pembukuan Tidak Rapi

Di tahap awal, biasanya cashflow perusahaan startup masih negatif sehingga harus diatur secara tepat. Percuma jika penghasilannya besar, namun pengeluarannya ternyata lebih besar lagi sehingga terjadi kebocoran anggaran.

"Kesalahan yang sering terjadi penataan pembukuan tidak rapi. Itu yang di tahap awal harus sudah kuat sehingga bisa masuk untuk fundingnya terus," kata Iwan.

 

3. Model Bisnis Belum Jelas

Iwan mengatakan, sebisa mungkin perusahaan startup mendapat bisnis model sejak awal sehingga jelas segementasi pasarnya. Investor pun melihat adanya potensi di startup tersebut dengan pertimbangan skala dan repetitifnya.

Sebab, kata dia, menarik atau tidaknya startup bagi investor dilihat dari fondasinya.

"Banyak yang merasa idenya bagus, tapi mereka tidak bisa justifikasi itu akan repetitif dan scaleable. Jadi tidak menarik buat investor," kata Iwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com