Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Keluhkan Harga Garam yang Anjlok Jadi Rp 760 Per Kg

Kompas.com - 20/08/2018, 11:41 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber Antara

JEPARA, KOMPAS.com - Petani garam mengeluhkan rendahnya harga jual garam sedangkan biaya produksi cenderung meningkat.

Adi, seorang petani garam di Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mengatakan, harga jual garam saat ini hanya berkisar Rp 65.000 per tombong atau keranjang anyaman bambu dengan kapasitas 85 kilogram.

"Artinya, setiap kilogramnya hanya berkisar Rp 760. Pada awal mulai panen pada bulan Juli 2018 harganya masih tinggi karena mencapai R p2.000 per kilogramnya atau Rp 175.000 per tombong," ujarnya, di Jepara, Senin (20/8/2018).

Sementara itu di sisi lain sebut dia, harga sewa lahan justru makin meningkat. Tarif sewa lahan yang dikelolanya saat ini, mencapai Rp 14 juta per tahun. Padahal menurut dia, sebelumnya tidak mencapai belasan juta.

Baca juga: Kebutuhan Garam Nasional Capai 4,2 Juta Ton Per Tahun

Untuk bersaing di pasaran, lanjut dia, dalam memproduksi garam juga dituntut menggunakan geomembran sehingga petani masih harus terbebani dengan biaya pembelian geomembran yang harganya mencapai Rp 4,1 juta untuk setiap 100 meter.

Garam yang diproduksi tanpa menggunakan geomembran, katanya, kurang laku di pasaran dengan alasan selain tidak berkualitas, warnanya yang tidak putih kurang menjadi daya tarik pembeli.

Sementara Suyanto, petani garam lainnya, mengungkapkan hal yang sama.  Dia menyebut harga jual garam saat ini turun tajam, setelah sebelumnya sempat mencapai Rp 170.000 per tombong, sedangkan saat ini hanya laku antara Rp 70.000 hingga Rp 75.000 per tombong.

Meskipun demikian, dia mengaku masih bersyukur karena harga jual garam tidak sampai turun tajam seperti tahun-tahun sebelumnya karena per tombong hanya dihargai Rp 30.000.

Karena saat ini biaya produksinya juga semakin tinggi, dia berharap, pemerintah turun tangan untuk menstabilkan harga jual garam petani agar tidak sampai membuat petani mengalami kerugian.

"Minimal tidak ada garam impor di pasaran saat petani tengah panen garam. Jika ada garam impor, dipastikan harga jual garam lokal akan jatuh dan berpotensi merugikan petani," ujarnya.

Kehadiran teknologi produksi garam menggunakan geomembran, kata dia, memang sangat membantu, terutama dalam hal produktivitas semakin meningkat.

Dalam jangka waktu tidak sampai sepekan, kata dia, petani garam sudah bisa panen, terlebih kondisinya terik seperti sekarang. Sekali panen, bisa menghasilkan garam hingga 21 tombong atau 1,78 ton garam.

Hanya saja sebut dia, untuk bisa menghasilkan garam dalam jumlah banyak, selain didukung cuaca yang terik juga harus didukung dengan ketersediaan airnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com