JAKARTA, KOMPAS.com - Unit Usaha Syariah (UUS) PT CIMB Niaga Tbk menargetkan minimum aset sebesar Rp 50 triliun hingga Rp 60 triliun untuk melepaskan diri dari induk perusahaan mereka tahun 2022 mendatang.
Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P Djajanegara mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan portofolio sebelum akhirnya spin off supaya tidak membebani induk perusahaan. Sebab, jika nanti bank memutuskan untuk lepas dari induk perusahaan ketika profitabilitas masih rendah, maka secara ekuitas menunjukkan kondisi yang tidak baik.
"Saya mau UUS-nya sudah besar terlebih dahulu punya portofolio, jangan sampai portofolionya kecil. Karena kalau portofolionya kecil, fixed cost perusahan yang kecil dan yang besar sama kan, nah kalau perusahaannya kecil profitability-nya (kemampuan mendapatkan laba) rendah kan equity-nya enggak baik," ujar dia di Jakarta, Senin (20/8/2018).
Lebih lanjut dirinya menjelaskan, selain terkait aset, secara permodalan pihaknya ingin CIMB Niaga Syariah bisa mendapatkan modal minimal Rp 5 triliun sebelum memutuskan untuk spin off. Sebab, dengan demikian level of service mereka akan masuk dalam kategori BUKU 3.
"Kalau permodalnnya yang kita ingin bahwa pada waktu spin off kita memiliki service level agreement yg sama antara konvensional dan syariah. Kalau sekarang konvensional (Bank Induk CIMB Niaga) BUKU 4, kita minimal BUKU 3," ujar Pandji.
Pihaknya pun optimis dapat mencapai target tersebut pada tahun 2022 mendatang. Sebab, melihat posisi saat ini dana usaha CIMB Niaga Syariah sebesar Rp 2,35 triliun.
"Dengan tingkat keuntungan kita, sampai 2022 itu kita Rp 5 triliun pasti bisa dapat," ujar Pandji.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.