Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Targetkan Rp 1 Triliun, Untuk Apa Dana Hasil Penjualan SBR004?

Kompas.com - 21/08/2018, 09:10 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Keuangan menargetkan penerbitan Savings Bond Ritel seri SBR004 mencapai Rp 1 triliun. Target yang sama juga diterapkan dalam peluncuran SBR003 pada Mei 2018 lalu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, soal target, Kemenkeu akan dinamis menyesuaikan sambutan masyarakat terhadap investasi surat berharga negara itu.

"Tapi kita bisa perbesar sesuai dengan minat atau keinginan masyarakat. Kita akan lihat selalu," ujar Luky di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (20/8/2018).

Luky mengatakan, penerbitan SBR004 ditujukan untuk membiayai defisit anggaran 2019. Ia menyebutkan, defisit anggaran tahun depan diproyeksi sebesar Rp 297,2 triliun atau 1,84 persen terhadap produk domestik bruto. Namun, Kemenkeu selalu mengarahkan penjualan SBR untuk alokasi dana pendidikan.

Baca juga: Tertarik Investasi Obligasi SBR004? Simak Caranya

"Maka sosialisasi kita yang selalu diangkat untuk menunjang pendidikan salah satunya," kata Luky.

Selain itu, SBR004 juga bagian dari pemenuhan target pembiayaan pemerintah. Hingga saat ini penerbitan SBN sebesar 66 persen. Masih punya waktu hingga akhir tahun untuk memenuhi target tersebut.

Selain dengan menerbitkan SBR, juga dengan menerbitkan ORI pada Oktober dan sukuk tabungan pada November mendatang. SBR004 diyakini menjadi alternatif investasi yang menarik bagi masyarakat.

"Sosialisasi ke masyarakat penting karena masyarakat punya alternatif pilihan untuk instrumen investasi. Tak hanya tabungan, deposito, saham, tapi ada SBR004," kata Luky.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (Dirjen PPR) Kementerian Keuangan resmi membuka masa penawaran Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR004 kepada investor individu secara online (e-SBN). Masa penawaran berlangsung mulai 20 Agustus hingga 13 September 2018.

Pada penerbitan SBR004, kupon yang ditawarkan untuk periode tiga bulan pertama sebesar 8,05 persen dengan tenor dua tahun. Jenis kupon mengambang dengan tingkat kupon minimal (floating with floor) dengan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate.

Tingkat kupon berikutnya akan disesuaikan setiap tiga bulan pada tanggal penyesuaian kupon sampai jatuh tempo. Penyesuaian tingkat kupon dudasarkan pada suku bunga acuan ditambah spread tetap 255 bps atau 2,55 persen.

Jika pada SBR002 batas minimum pembeliannya Rp 5 juta dan kelipatannya, maka untuk SBR003 dan SBR004 pembelian minimumnya sebesar Rp 1 juta.

"Dengan minimum pembelian lebih rendah, diharapkan partisipasi langsung masyarakat melalui SBR004 makin tinggi," kata Luky.

Luky mengatakan, obligasi jenis ini tak bisa diperdagangkan di pasar sekunder dan tidak bisa dicairkan sampai jatuh tempo. Kecuali pada masa pelunasan sebelum jatuh tempo atau early redemption pada Oktober 2019. Pembayaran kupon dilakukan setiap tanggal 20 setiap bulannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

KB Bank Targetkan Penyelesaian Perbaikan Kualitas Aset Tahun Ini

Whats New
Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Astra Agro Lestari Sepakati Pembagian Dividen Rp 165 Per Saham

Whats New
Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Ditopang Pertumbuhan Kredit, Sektor Perbankan Diprediksi Semakin Moncer

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com