Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heryadi Silvianto
Dosen FIKOM UMN

Pengajar di FIKOM Universitas Multimedia Nusantara (UMN) dan praktisi kehumasan.

Asian Games dan "Nation Branding" Indonesia

Kompas.com - 22/08/2018, 10:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

GELARAN Asian Games ke-18 telah berlangsung di Jakarta dan Palembang. Meskipun ditunjuk secara mendadak sebagai akibat "angkat bendera putih" Hanoi Vietnam, sesungguhnya dua kota utama itu telah mulai bersiap sejak jauh-jauh hari.

Walaupun hingga hari terakhir "ngebut" bersolek dan "tergopoh-gopoh" berbenah. Asian Games kali ini jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan 40 cabang dengan 465 nomor pertandingan dan lebih dari 16 ribu partisipan. Meningkat 20 persen dibanding peserta pada Asian Games Incheon 2014.

Banyak negara berkompetisi memenangkan sayembara penentuan multi-event olahraga seperti Asian Games. Menawarkan kesiapan venue dan beragam keunggulan yang dijanjikan.

Dalam event seperti ini sebuah negara pada dasarnya senantiasa berorientasi merengkuh tiga kesuksesan: penyelenggaraan, prestasi, dan ekonomi.

Khusus terkait penyelenggaraan Asian Games 2018 Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam rapat terbatas bersama Komite Olimpiade Indonesia (KOI) menambahkan dengan yang keempat yaitu sukses administrasi.

Baca juga: Melihat Kualitas Udara di Jakarta dan Palembang Selama Asian Games 2018

Bukan tanpa sebab, tidak dapat dipungkiri gelaran semacam ini di tingkat ‘lokal’ sering berujung pada perilaku korupsi dan proyek "aji mumpung" bagi sebagian oknum.

Menggapai nation branding

Seluruh capaian kesuksesan di Asian Games ke-18 tentu tidak akan datang dengan sendirinya, perlu diperjuangkan dan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh. Sembari berharap pada akhirnya pentas olahraga terbesar Asia tersebut mampu meneguhkan positioning Indonesia di tingkat global dalam satu tarikan napas nation branding yang kuat.

Sebuah refleksi langsung dari serangkaian promosi dan strategi komunikasi untuk menggapai ‘the picture of mind’ mengenai reputasi dan citra bangsa Indonesia di hadapan khalayak internasional.

Bukan tanpa alasan olahraga menjadi pijakan membangun nation branding. Menurut Jaffe dan Nebenzahl, nation branding bertujuan menciptakan ide yang jelas, sederhana, dan berbeda secara emosional dilambangkan secara verbal dan visual oleh khalayak yang berbeda dalam situasi yang tidak sama.

Nation branding juga efektif dilakukan melalui kegiatan politik, budaya, bisnis, dan olahraga.

Kita sadari pekerjaan mem-branding negara bukanlah perkara mudah, terlebih dengan potensi dan karakter yang beragam seperti Indonesia.

Dia bukan hanya sekadar menghidupkan suasana dengan memasang ratusan billboard tematik di sudut kota, mengubah semua iklan ber-genre olahraga, menutupi sungai bau nan hitam pekat, menghias taman dan memperbaiki trotoar.

Logo dan slogan terkait national branding Indonesia saat ini saja lebih dari satu. Semisal ada "Wonderful Indonesia" yang dinisiasi Kementerian Pariwisata, juga tagline "Remarkable Indonesia" yang digaungkan Kementerian perdagangan dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Dari satu entitas pemerintah saja ada banyak tautan persepsi. Itu baru urusan logo, masih ada urusan lainnya. Karena nation branding menyangkut citra keseluruhan satu negara yang mencakup dimensi politik, ekonomi, sejarah, dan budaya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com