Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelemahan Rupiah, Inflasi Terjaga karena Pengusaha Kurangi Marjin Keuntungan

Kompas.com - 27/08/2018, 07:39 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia melalui Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II 2018 mencatat pelemahan nilai tukar rupiah berdampak terhadap inflasi di tingkat pedagang besar.  Hal itu dicerminkan oleh kenaikan inflasi Indeks Harga Pedagang Besar (IHPB) impor.

"Namun, dampak kenaikan inflasi IHPB terhadap IHK (Indeks Harga Konsumen) relatif terbatas, dipengaruhi beberapa komoditas pangan yang tidak terpengaruh oleh harga global dan nilai tukar, kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, dan strategi penentuan harga oleh pelaku usaha dalam merespons pelemahan nilai tukar," demikian keterangan BI yang dikutip Kompas.com melalui laman bi.go.id pada Senin (27/8/2018).

BI menjelaskan, inflasi IHPB meningkat didorong oleh kenaikan biaya produksi yang disebabkan pelemahan nilai tukar dan kenaikan harga komoditas global. Dengan kata lain, kenaikan inflasi IHPB sebagian besar dikarenakan tekanan eksternal yang membuat beban biaya produksi meningkat dan itu langsung dirasakan produsen.

Meski ada inflasi di tingkat produsen yang dilihat dari IHPB, dampak terusannya tidak dirasakan di tingkat konsumen. Dalam hal ini, BI memandang inflasi IHPB tidak diikuti dengan tekanan inflasi IHK atau dampaknya di tataran konsumen masih bersifat terbatas.

Baca juga: Jaga Inflasi, Pemerintah Kaji Ulang 900 Komoditas Impor

IHPB pada Juni 2018 tercatat sebesar 6,59 persen (year on year) atau meningkat dari September 2017 sebesar 2,09 persen (year on year). Sedangkan IHK pada Juni 2018 sebesar 3,12 persen atau menurun dibandingkan posisi September 2017 sebesar 3,72 persen.

"Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, seperti struktur pasar yang lebih kompetitif, kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM bersubsidi, dan strategi penentuan harga oleh pelaku usaha yang lebih memilih untuk mengurangi marjin keuntungan daripada menaikkan harga," sebut BI.

Marjin dikurangi ketimbang naikkan harga

Alasan mengapa inflasi di tingkat konsumen tidak terlalu tinggi meski ada tekanan eksternal yang signifikan, terutama dari yang berkaitan dengan impor, adalah keputusan pelaku usaha. Pelaku usaha memilih mengurangi margin keuntungan ketimbang menaikkan harga.

Berdasarkan hasil survei khusus sektor riil yang dilaksanakan BI terhadap 147 perusahaan dengan aktivitas ekspor/impor dan atau utang luar negeri, pelemahan nilai tukar berdampak langsung pada kenaikan biaya produksi. Tetapi, pelaku usaha memilih mempertahankan harga jual, tentu dengan konsekuensi penurunan marjin.

"Upaya pelaku usaha untuk mempertahankan harga jual di tengah pelemahan rupiah adalah dengan mengurangi marjin usaha dan efisiensi biaya lain," tambah BI.

Adapun respons industri terhadap pelemahan nilai tukar sejak September 2017 dilihat dari seberapa besar tingkat kandungan impor dan orientasi ekspor dari industri tersebut. Jika industri punya konten impor yang tinggi dengan orientasi penjualan ke pasar domestik, maka pilihan yang diambil adalah mengurangi profit margin.

Baca juga: Rupiah Dekati Level Rp 14.700 Per Dollar AS, Ini Penyebabnya

Sedangkan industri dengan konten impor yang rendah dengan orientasi penjualan ekspor justru akan mengalami peningkatan profit margin didukung dengan pelemahan nilai tukar rupiah. BI menyebut, pelemahan nilai tukar dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan profit margin terhadap seluruh industri, kecuali pertambangan.

Sementara untuk kenaikan harga minyak global juga berdampak langsung ke pelaku usaha melalui BBM industri, tetapi tidak ditransmisikan ke harga BBM untuk konsumen. Sehingga, perkembangan harga minyak dunia tidak selalu sejalan dengan harga BBM untuk konsumen.

"Hal ini antara lain disebabkan oleh harga BBM seperti premium dan solar subsidi belum sepenuhnya sesuai dengan harga keekonomiannya," sebut BI.

Di sisi lain, penyesuaian kenaikan harga Bahan Bakar Khusus (BBK) seperti pertamax, pertamax turbo, pertalite dex, dan dexlite dinilai masih relatif terbatas. Harga BBK juga memiliki pangsa yang kecil dalam IHK sehingga kenaikan harganya tidak akan banyak berdampak pada inflasi IHK.

"Pengaruh harga minyak dunia lebih terlihat pada produsen, sebagaimana tercermin dari peningkatan IHPB impor yang cukup tinggi selama September 2017 sampai Juni 2018 seiring perkembangan harga minyak dunia dan pelemahan rupiah," kata BI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com