SURABAYA, KOMPAS.com - Mengeksplorasi konsep klasik melalui proses tenun tradisional, Pargata hadir di tengah industri fashion Indonesia.
Sang pendiri, M. Faridz Rahmat Mulyana, menyebut, pargata diambil dari bahasa Jawa kuno yang memiliki arti “pelindung”. Karena Pargata bergerak dibidang fashion yang digunakan sehari-hari dan fungsinya tentu untuk melindungi tubuh manusia.
Perjalanan Pargata dimulai pada tahun 2016. Pargata mencoba mendobrak industri fashion nusantara dengan konsep “experimental clothing” miliknya. Pargata mengeksplorasi konsep klasik melalui proses tenun tradisional Indonesia. Selain itu, warna kain Pargata adalah hasil warna alam Indigo yakni warna alam yang jika difermentasikan memili warna kebiruan.
“Sebenarnya sudah mulai bisnis itu sejak kuliah, awalnya karena tugas. Sempat berkecimpung di denim clothing sampai akhirnya menemukan Pargata tahun 2016,” ujar Faridz kepada Kompas.com pada acara The Big Start Indonesia di Surabaya, Sabtu (25/8/2018).
Baca juga: Sempat Dilarang Berbisnis, Pemuda Ini Raih Omzet Ratusan Juta dari Celana Jeans
Dia mengatakan, keunikan Pargata adalah karena material kain tenun tradisional nusantara sebagai kain dasarnya. Fariz menggandeng penenun tradisional dari Pekalongan untuk memproduksi kain yang akan dijahitnya menjadi berbagai bentuk fashion dengan gaya klasik.
“Yang di Pekalongan itu memang industri rumahan, terus di Surabaya itu penjahit kainnya. Dari Pekalongan dikirim ke Surabaya dalam bentuk kain rol,” tutur Faridz.
Namun, dalam proses mendapatkan kain tenun tradisional ini Pargata mengalami beberapa kendala. Proses penenunan 100 meter kain saja membutuhkan waktu 2 bulan bahkan lebih. Faridz pun memutar otak agar bisnisnya tetap berjalan. Untuk menambal hasil produksi dari kain tenun tradisional, dia juga membuat rangkaian produk yang menggunakan mesin.
“Pargata awal fokusnya di tenun tradisional itu, tapi kalau bergantung ke tenun ini saja cash flow-nya tidak akan berputar. Akhirnya saya dan tim berpikir bagaimana Pargata ini bisa tetap jalan. Kami (akhirnya) keluarkan produk hasil tenun mesin,” ucap Faridz.
Pargata memiliki berbagai macam produk andalannya yakni jaket, celana, topi, dan bandana.
Baca juga: Bye Bye Plastic, Kisah 2 Gadis Muda Mewujudkan Bali Bebas Sampah Plastik
Walaupun sekarang sudah ada kain yang ditenun oleh mesin, Pargata tidak ingin kehilangan identitasnya sebagai fashion tenun tradisional. Untuk menjaga keunikan dan khasnya tersebut, setiap 3-6 bulan Pargata tetap meluncurkan desain-desain khusus yang berbahan dasar kain tenun tradisional tadi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanDapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Daftarkan EmailPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.