Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaringan Pipa Gas di Indonesia Jadi yang Terpanjang di ASEAN

Kompas.com - 29/08/2018, 09:32 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Migas telah terbentuk dengan menggabungkan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dan Pertagas di bawah pengelolaan PT Pertamina (Persero).

Keberadaan holding BUMN Migas tersebut membuat jaringan pipa gas di Indonesia menjadi yang terpanjang di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, beberapa target pun diharapkan bisa tercapai.

“Dengan holding ini, jaringan pipa kami akan mencapai lebih dari 9.600 kilometer, pipa terpanjang di Asia Tenggara. Sementara beberapa hal yang akan dicapai yakni potensi pertumbuhan bisnis gas tujuh hingga sembilan persen selama lima tahun ke depan," kata Direktur Pemasaran Korporat Pertamina Basuki Trikora Putra, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/9/2018).

Menurut pria yang karib disapa Tiko tersebut, holding BUMN Migas membuat Pertamina akan melakukan beberapa langkah strategis.

Langkah tersebut di antaranya meningkatkan pasokan gas domestik, meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan distribusi gas, mengoptimalkan pemanfaatan infrastruktur yang ada, membangun di area baru, dan meningkatkan kapasitas untuk berinvestasi.

"Saat ini, kami masih pada tahap awal integrasi, tetapi kami sudah melihat ada peluang yang sangat besar untuk penciptaan nilai ke depan," imbuh Tiko.

Berkaitan dengan hal tersebut, Pertamina menargetkan untuk bisa menghasilkan volume transmisi gabungan sebesar 2.627 Juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) di seluruh jaringan PGN dan Pertagas.

Namun demikian, Pertamina masih mendapatkan tantangan untuk merealisasikan strategi dan target holding BUMN Migas tersebut.

Pertamina, kata Tiko, menyadari tantangan utama bisnis gas saat ini adalah permintaan gas di dalam negeri terus meningkat.

"Pertamina terus mengupayakan mata rantai gas yang efisien sebab kondisi pasokan terkonsentrasi di wilayah timur sementara kebutuhan lebih terpusat di wilayah barat," ujarnya.

Tantangan lainnya adalah berkaitan dengan investasi infrastruktur gas yang nilainya cukup besar, tetapi masih sulit untuk diakomodir.

"Untuk memenuhi permintaan dan mendorong peningkatan penggunaan gas, infrastruktur gas Indonesia membutuhkan pengembangan substansial. Dengan karakter negara kepulauan, biaya pembangunan infrastruktur gas sangat signifikan," pungkas Tiko.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com