MAGELANG, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) menilai, sebagian devisa hasil ekspor (DHE) yang belum dikonversi ke rupiah ataupun yang masih berada di luar negeri bukan merupakan masalah yang menyebabkan kurangnya valuta asing yang dibutuhkan Indonesia sebagai salah satu langkah stabilisasi nilai tukar rupiah.
Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menjelaskan, masalah utama Indonesia memang kurangnya jumlah ekspor yang membuat Indonesia hingga saat ini masih kekurangan valuta asing sebesar 25 miliar dollar AS, padahal DHE yang masuk ke Indonesia sudah 90 persen.
"Itu kan DHE sudah maksimum, tapi tetap kurang DHE. Artinya yang harus ditingkatkan ekspornya, DHE akan meningkat kalau ekspor meningkat," ujar Mirza ketika menjelaskan kepada awak media di Magelang, Rabu (29/8/2018).
Lebih lanjut Mirza menjelaskan, untuk bis meningkatkan devisa, dibandingkan dengan mendongkrak ekspor manufaktur, pengembangan pariwisata dinilai lebih efektif. Sebab, sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan pariwisata bisa didapatkan di dalam negeri. Sementara manufaktur, kebutuhan baku sebagian besar masih didapatkan dari impor.
"Jadi terus terang menurut BI, meningkatkan manufaktur dibandingkan meningkatkan pariwisata lebih mudah meningkatkan pariwisata. Tapi bukan berarti manufaktur tidak dilakukan," lanjut dia.
Pemerintah menargetkan pada tahun 2024 mendatang, devisa yang didapatkan dari pariwisata bisa mencapai 30 miliar dollar AS. Dengan meningkatnya jumlah devisa dari pariwisata tersebut, maka defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) bisa turun drastis.
"Jangan lupa pariwisata itu ada yang WNI (Warga Negara Indonesia) pergi ke luar negeri. Ini banyak juga kareba Indonesia masyarakatnta berkembang ekonominya. Jadi wisatawan mancanegara kita harus banyak," ujar dia.
Mirza pun menegaskan, target tersebut sangat realistis, lantaran jika dibandingkan dengan Thailand yang bisa mengundang wisatawan asing lebih dari 30 juta orang per tahun, atau Turki yang mencapai 50 juta wisatawan asing per tahun, Indonesia memiliki wilayah yang lebih luas, kuliner yang lebih banyak, dan budaya yang lebih beragam.
"Itu sangat realistis, ditambah lagi orang kita murah senyum," ujar dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.