Rupee India mencapai rekor terendah baru terhadap dollar AS pada Jumat (31/8/2018), sebagai bagian dari aksi jual pasar yang lebih luas. Sudah hampir 10 persen sejak awal tahun ini.
Ekonomi India belum menunjukkan banyak tanda kelemahan. Saat ini, India jadi ekonomi utama yang tumbuh paling cepat di dunia, dan melaporkan data kuartal kedua Jumat malam.
Namun, hal itu sangat bergantung pada impor energi yang menempatkannya dalam posisi rentan karena harga minyak naik. Hal ini membantu mendorong inflasi ke tingkat yang tidak nyaman bagi bank sentral.
Faktor-faktor lain yang membebani mata uang adalah perang perdagangan global dan tingkat kenaikan suku bunga AS yang membuat harga aset dalam rupee dan mata uang negara berkembang lainnya kurang menarik.
Politik telah membebani mata uang Brasil, real, yang dalam beberapa bulan terakhir ini merosot 20 persen terhadap dollar AS sejak awal Januari.
Investor khawatir tentang hasil pemilihan presiden yang dijadwalkan Oktober nanti. Mereka berharap warga Brazil akan memilih pemimpin pro-bisnis yang dapat melakukan reformasi keuangan besar seperti memotong defisit anggaran negara.
Tapi, jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan dukungan kuat untuk kandidat yang lebih kiri seperti mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
"Kurangnya kejelasan bahwa calon yang ramah investor akan menang harus mempertimbangkan aset lokal," ujar kepala ekonom Amerika Latin di bank investasi ING Gustavo Rangel dikutip dari CNN Money.
Dia menunjukkan bahwa bank sentral Brazil memiliki banyak amunisi dalam bentuk cadangan devisa untuk melawan kelemahan lebih lanjut dalam mata uang jika perlu.
Mata uang Brazil juga tertekan pada awal tahun oleh pemogokan nasional pengemudi truk yang mendorong inflasi dan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Rubel Rusia anjlok dalam beberapa bulan terakhir dalam menghadapi sanksi ekonomi. Mata uang mereka telah merosot sekitar 15 persen terhadap dollar AS tahun ini.
Rusia telah diperas selama bertahun-tahun oleh sanksi Barat, yang dikenakan atas keterlibatannya dalam konflik di Ukraina.
Seperti banyak negara lain, Rusia pun dipukul dengan tarif baru dari AS atas baja dan aluminium.
Investor khawatir akan ada lebih banyak sanksi termasuk langkah-langkah penargetan bank dan perusahaan energi. Pemerintah Rusia telah menjual utang Treasury AS dan membeli emas dalam beberapa bulan terakhir.
Namun, beberapa analis mengatakan kenaikan harga minyak tahun ini akan mengimbangi sebagian besar kerusakan dari rubel yang lebih lemah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.