JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan terhadap dollar AS, termasuk pada awal pekan ini. Pelemahan nilai tukar rupiah diprediksi bisa terus berlanjut.
Berdasarkan data pasar spot Bloomberg pada Senin (3/9/2018), nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 14.815 per dollar AS. Angka tersebut melemah 105 poin atau 0,71 persen dibandingkan pada posisi pembukaan perdagangan, yakni Rp 14.745 per dollar AS.
Sepanjang hari ini, rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.729 hingga Rp 14.821per dollar AS. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut, pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal.
"Begini, kalau melihat eksternalnya, dia tetap saja terus ada pengaruh," kata Darmin di Jakarta.
Darmin mengungkapkan, meski demikian pemerintah terus membuat kebijakan untuk memitigasi pelemahan nilai tukar. Namun begitu, hasilnya masih harus dilihat ke depan.
Adapun kalangan analis mengatakan, nilai tukar rupiah bisa menyentuh level Rp 15.000 per dollar AS. Kalau itu benar terjadi, ini adalah pertama kalinya rupiah menyentuh level tersebut sejak krisis keuangan Asia tahun 1998 silam.
Rupiah ikut melemah sejalan dengan aksi jual di negara-negara berkembang akibat gejolak keuangan di Turki dan Argentina. Dari dalam negeri, faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah adalah defisit transaksi berjalan Indonesia dan ketergantungan terhadap impor minyak.
"Rp 15.000 adalah level psikologis selanjutnya yang dapat dicapai rupiah. Investor akan memonitor langkah selanjutnya yang akan diambil bank sentral, dengan kenaikan suku bunga hanya akan menambah terjal depresiasi rupiah sejauh ini," kata Nick Twidale, direktur operasional Rakuten Securities di Sydney, Australia seperti diwartakan Bloomberg.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.