Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Perhimpunan Pelajar Indonesia
PPI

Perhimpunan Pelajar Indonesia (www.ppidunia.org)

Bijak Mengonsumsi Obat Bernama Subsidi

Kompas.com - 04/09/2018, 12:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KEJATUHAN ekonomi Venezuela terjadi antara lain akibat pengucuran subsidi yang berlebihan. Bagi Indonesia, kebijakan subisidi juga sering dipakai sebagai obat penangkal "penyakit" nasional khususnya kemiskinan.

Namun layaknya obat, perlu sejenak kita memahami bahwa subsidi memiliki dampak buruk dan efek samping.

Di banyak negara berkembang, seperti Indonesia, subsidi seakan menjadi kebijakan wajib pemerintah. Argumen utamanya adalah pada umumnya kebijakan subsidi bertujuan untuk mengendalikan harga sehingga rakyat mampu membeli dan memenuhi kebutuhan pokoknya.

Subsidi digambarkan sebagai kewajiban konstitutional dan moral bagi negara (Hukumonline, 2013) yang masih bergelut dengan masalah sosial khususnya kemiskinan dan pengangguran.

Sama-sama negara berkembang, Venezuela dan Indonesia memiliki sejarah yang agak mirip tentang kebijakan subsidi ini. Dua negara ini membangun era subsidi besar-besarannya pada masa "kejayaan minyak bumi".

Di era Hugo Chaves, kebijakan subsidi di Venezuela dibangun atas dasar bahwa cadangan minyak mereka melimpah. Harga minyak yang pada masanya pernah tinggi, membuat negara tersebut seperti kejatuhan "rejeki nomplok". Harga-harga dikendalikan dengan subsidi, begitu juga nilai tukar mata uangnya.

Di Indonesia, rezim subsidi digawangi oleh pemerintahan Soeharto yang menjadikan minyak bumi menjadi penopang utama keuangan negara (Chelminski, 2016). Pada masa itu produksi minyak bumi Indonesia menjadi salah satu yang terbanyak di dunia hingga menjadikan negara ini anggota OPEC.

Sama seperti Venezuela, harga barang-barang pokok seperti makanan, pupuk, dan tentunya bahan bakar minyak dipatok relatif rendah karena suntikan subsidi. Pun harga nilai tukar ditahan pada level yang stabil dengan bantuan subsidi.

Para ahli menemukan bahwa alasan utama pelaksanaan kebijakan bertujuan mengurangi kemiskinan.

Pada jangka periode tertentu, memang benar subsidi menjadikan masyarakat mampu membeli kebutuhan pokok mereka. Kebijakan ini membuat masyarakat mudah menilai bahwa mereka senang dengan kinerja pemerintah.

Kebijakan subsidi bisa diibaratkan sebuah obat pereda batuk-batuk "kemiskinan" itu. Ia mungkin menyembuhkan, tetapi pada satu titik, subisidi akan mulai menunjukkan efek samping sekaligus dampak negatif yang menegaskan premis utama kebijakan ini bahwa subsidi ini adalah solusi untuk mengurangi kemiskinan.

Hal ini menantang kita untuk bertanya sekaligus berpikir, apakah obat itu selalu menjadi solusi sebuah penyakit? Saya memiliki secuil kisah sederhana tentang ini.  

Yang penting bukan obatnya

Ketika saya masih di Selandia Baru, anak saya yang masih bayi, sekitar 3 bulan umurnya, mengalami batuk-batuk selama kurang lebih satu minggu.

Saya dan istri khawatir ada apa-apa dengan anak kami. Jika waktu itu kami di Indonesia, pilihan paling cepat adalah segera ke apotek dan bertanya, obat apa yang manjur agar batuk-batuknya segera berhenti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Tanggung Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh, KAI Minta Bantuan Pemerintah

Whats New
Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Tiket Kereta Go Show adalah Apa? Ini Pengertian dan Cara Belinya

Whats New
OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

OJK Bagikan Tips Kelola Keuangan Buat Ibu-ibu di Tengah Tren Pelemahan Rupiah

Whats New
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani

Whats New
LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

LPEI dan Diaspora Indonesia Kerja Sama Buka Akses Pasar UKM Indonesia ke Kanada

Whats New
Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Unilever Tarik Es Krim Magnum Almond di Inggris, Bagaimana dengan Indonesia?

Whats New
Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Simak 5 Cara Merapikan Kondisi Keuangan Setelah Libur Lebaran

Earn Smart
Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Studi Kelayakan Kereta Cepat ke Surabaya Digarap China, KAI: Kita Enggak Ikut

Whats New
Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Bisa Berimbas ke Harga Barang Elektronik

Whats New
Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Pendaftaran UM-PTKIN 2024 Sudah Dibuka, Ini Link, Jadwal, hingga Alurnya

Whats New
Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Rincian Harga Emas di Pegadaian Hari Ini 23 April 2024

Spend Smart
Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Pembentukan Badan Penerimaan Negara Masuk Dokumen Rencana Kerja Pemerintah 2025

Whats New
Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Neraca Dagang RI Kembali Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Whats New
Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Sambut Putusan MK soal Sengketa Pilpres, Kadin: Akan Berikan Kepastian bagi Dunia Usaha

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Niaga hingga BCA

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com