Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ratna Tondang
Aktivis lingkungan

Aktivis lingkungan, lulusan Rekayasa Kehutanan Institut Teknologi Bandung

Akankah Indonesia Terus Bertahan dengan Bahan Bakar Fosil?

Kompas.com - 06/09/2018, 10:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Masih banyak negara di Asia Pasifik yang masih menggantungkan sektor industri besi dan bajanya pada pasokan produk batubara olahan.

Sumber daya batubara yang masih melimpah dan harga relatif murah menjadikan komoditas ini sebagai pilihan untuk memenuhi kebutuhan energi.

Batubara Indonesia memang masih digunakan sebagai sumber penghasil devisa negara dan belum sebagai modal pembangunan.

Namun, saat ini pemerintah sudah mulai melakukan inisiasi untuk memperlambat ekspor batubara dan mengutamakan produksi batubara untuk kebutuhan domestik saja terutama sebagai bahan baku pembangkit listrik.

Pemerintah Indonesia berjanji membangun 35 GW kapasitas pembangkit listrik dalam rangka peningkatan rasio elektrifikasi 100 persen tahun 2020 dan 20 GW di antaranya berasal dari bahan bakar batubara.

Indonesia juga merupakan produsen penting gas, khususnya gas alam. Produk nasional gas alam Indonesia mencapai 78,8 milliar meter kubik (bcm) dan merupakan salah satu produser gas alam terbesar di Asia Tenggara.

Komoditas ini merupakan komoditas ekspor terbesar kedua setelah batubara, tetapi beberapa tahun terakhir jumlah produksinya mengalami penurunan, sehingga pemerintah berupaya membatasi jumlah ekspornya.

Indonesia memang memiliki peluang besar sebagai pengekspor batu bara maupun gas alam untuk menambah devisa negara.

Namun, apakah dengan menjadi sebuah negara pengekspor besar bahan bakar fosil akan tetap berkelanjutan di masa depan?

Menurut data energi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Indonesia diproyeksikan akan menjadi negara net importer gas alam pada tahun 2024 dan batubara pada 2049 apabila produksinya tetap tinggi dan belum ada temuan baru.

Menjaga ketahanan energi Indonesia merupakan suatu prioritas yang sangat penting. Kebutuhan energi Indonesia ke depan pasti akan terus meningkat dan pembangunan pembangkit listrik juga pasti terus berkembang guna pemerataan akses listrik sampai ke pelosok Indonesia.

Energi terbarukan memiliki potensi besar di Indonesia namun perkembangannya masih sangat minim. Indonesia tak harus khawatir menjadi negara net importer karena energi terbarukan tak memerlukan bahan bakar, hanya memanfaatkan kekayaan alam yang sudah tersedia secara alami seperti angin, cahaya matahari, gelombang laut dan panas bumi.

Sudah saatnya pemerintah mendorong diversifikasi dan konservasi energi secara dini guna menjaga keamanan energi Indonesia di masa depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com