Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arcandra: Ada 3,6 Juta Barrel Minyak Berstatus "Dead Stock"

Kompas.com - 10/09/2018, 10:40 WIB
Akhdi Martin Pratama,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, Indonesia memiliki sekitar 3,6 juta barrel minyak bumi dengan status dead stock yang hingga kini belum bisa diolah dan tidak termanfaatkan.

Dead stock crude oil ini terdapat pada tanki-tanki fasilitas produksi migas milik Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Angka dead stock kita sekarang sekitar 3,6 juta barrel di seluruh Indonesia. Nah, ini mampu enggak kita kurangi pada level yang reasonable (wajar)," kata Arcandra dalam keterangan tertulisnya, Senin (10/9/2018).

Dead stock atau dengan sebutan lainnya, unpumpable stock adalah volume minyak mentah hasil pengeboran yang mengendap di dalam tanki dan tidak dapat dipompakan untuk penyaluran, sehingga tidak dapat termanfaatkan.

Baca juga: India Bakal Geser China Jadi Sumber Permintaan Minyak Dunia

Arcandra menginginkan agar volume stok minyak mentah yang selama ini mengendap itu dapat dimanfaatkan untuk dijual dan menambah penerimaan negara di sektor migas.

"Pemerintah menginginkan stok-stok yang selama ini tidak bisa dipompa, diam di tangki, itu bisa kita bersihkan dan bisa kita jual. Sehingga yang dinamakan dead stock yang selama ini diam, menjadi bermanfaat," ujarnya.

Selama ini, untuk wilayah kerja migas dengan kontrak bagi hasil skema cost recovery, dead stock berpotensi dibebankan pada biaya yang harus dibayarkan oleh negara. Hal ini tentu tidak efisien dan berpotensi mengurangi PNBP migas dari kelebihan pembebanan cost recovery.

Arcandra optimistis dari sisi teknologi, KKKS di Indonesia mampu untuk mengonversi dead stock ini menjadi produk yang bermanfaat dan bisa dijual.

"Karena isunya bukan masalah teknologi dan isu technical engineering. Hasil dari dead stock yang sudah diambil bisa dibawa ke kilang-kilang di dalam negeri untuk diolah kembali," ucap dia

"Teknologinya ada, dari beberapa opsi nanti kita evaluasi mana yang secara teknologi feasible (layak) dan secara keekonomian masuk," sambungnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com