JAKARTA, KOMPAS.com - Risiko kenaikan suku bunga acuan dan kondisi nilai tukar rupiah yang berfluktuasi menyebabkan para nasabah kaya berhati-hati dalam berinvestasi.
Untuk meminimalkan risiko, dana nasabah tajir yang dikelola bank atau wealth management ikut diatur ulang.
Direktur Konsumer Bank Rakyat Indonesia (BRI) Handayani mengatakan, nasabah wealth management saat ini cenderung wait and see. Sehingga mengamankan investasinya di produk konvensional seperti deposito. Per Agustus 2018, dana kelolaan wealth management BRI mencapai Rp 88 triliun.
Bank BUMN lain seperti Bank Mandiri telah mencatatkan dana kelolaan wealth management sebesar Rp 172 triliun sampai Juli 2018.
Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menuturkan nasabah Bank Mandiri masih memilih reksadana pasar uang sebagai alternatif penempatan dana.
"Pertumbuhan reksadana pasar uang dari awal 2018 sampai Agustus 2018 naik 35,36 persen dan secara year on year (yoy) mencapai 38,4 persen," kata Rohan, Jumat (7/9/2018).
Bank BNI mencatat dana kelolaan bisnis wealth management sampai Juli 2018 sebesar Rp 117 triliun.
Kepala Divisi Wealth Management BNI Neny Asriany mengatakan, sampai akhir tahun 2018 BNI menargetkan dana kelolaan masih akan naik 14 persen sebesar Rp 130 triliun meski pasar sedang tak menentu.
BRI memberikan saran ke nasabah untuk masuk ke instrumen tenor jangka pendek dan menengah.
"Untuk saham, kami menyarankan nasabah untuk masuk secara bertahap sebagaimana strategi dollar cost averaging," kata Neny, Jumat (7/9/2018).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.