Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut BI, Ini Sumber Utama Penyebab Rupiah Melemah

Kompas.com - 11/09/2018, 11:00 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Suku bunga acuan yang terus dinaikan oleh bank sentral AS Federal Reserve hanya salah satu dari penyebab melemahnya kurs rupiah terhadap dollar AS.

Di sisi lain, ada faktor internal yang mempengaruhi kekutan rupiah, yakni besarnya defisit transaksi berjalan ketimbang transaksi modal dan finansial untuk menutupinya.

"Jadi itu kemudian sumber utama pelemahan kurs di tengah interest rate dari AS yang terus meningkat dan belum berhenti," ujar Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara di kompleks DPR RI, Jakarta, Senin (10/9/2018).

Mirza mengatakan, pada 2016 dan 2017, transaksi berjalannya masing-masing sebesar 17 miliar dollar AS dan 17,3 milliar dollar AS. Defisit tersebut kemudian ditutupi dengan investasi langsung masing-masing senilai 16,1 miliar dollar AS dan 19,4 miliar dollar AS.

Ditambah lagi dengan investasi portfolio sebesar 19 miliar dollar AS untuk 2016 dan 20,6 miliar dollar AS untuk 2017.

Namun, pada 2018, defisit transaksi berjalan lebih besar daripada modal untuk menutupinya. Defisit tahun ini sebesar 13,7 miliar dollar AS. Namun, transaksi modal dan finansialnya hanya 6,5 miliar dollar AS.

"Jadi 13,7 miliar dollar AS hanya bisa ditutup 6,5 miliar dollar AS," kata Mirza.

Mirza mengatakan, pada awal tahun pihaknya memperkirakan terjadi arus masuk investasi portfolio.

"Tapi yang terjadi investasi portfolio adalah keluar. Outflow sekitar 1,1 miliar dollar AS," lanjut dia.

Di samping itu, perang dagang AS dengan China juga kian memanas sehingga China merespon dengan melemahkan nilai tukar yuan.

Ke depannya, kata Mirza, defisit transaksi berjalan akan terus di bawah tiga persen dan diprediksi menurun pada 2019. Namun, hal itu tergantung pada upaya mengurangi defisit transaksi berjalan.

"Termasuk impor terkait proyek infrastruktur yang saat ini beberapa akan dilakukan penjadwalan dan terkait implementasi B20," kata Mirza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com