Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

China Akan Berikan Pinjaman 5 Miliar Dollar AS kepada Venezuela

Kompas.com - 14/09/2018, 06:45 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

Sumber Bloomberg

BEIJING, KOMPAS.com - Presiden Venezuela Nicolas Maduro melakukan kunjungan ke China untuk mencari bantuan yang lebih besar untuk mengatasi krisis keuangan yang menimpa negaranya.

 

Krisis itu telah menyebabkan kerusuhan, bebragai upaya pembunuhan, dan runtuhnya mata uang negara mereka. Menteri keuangan Venezuela Simon Zirpa menyatakan, China telah sepakat akan memberikan pinjaman sebesar 5 miliar dollar AS dan Venezuela akan membayar kembali dengan menggunakan uang tunai ataupun minyak mentah.

"Venezuela memiliki aliansi yang besar dengan China," ujar Zerpa pada Kamis, (13/9/2018).

Dikutip melalui Bloomberg, Presiden Maduro telah menghentikan sebagian besar pembayaran utang luar negeri Venezuela dan berutang lebih dari 6 miliar dollar AS kepada pemegang obligasi, memotong sebagian besar sumber pembiayaan baru.

China dan Venezuela pun sedang menyelesaikan perjanjian dan akan merilis rincian secara tepat waktu. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan, kerja sama pembiayaan akan sesuai dengan norma internasional.

"Situasi domestik semakin membaik dan pemerintah Venezuela secara aktif memromosikan reformasi ekonomi dan keuangan," ujar Geng.

Venezuela pun terus mencari solusi yang bisa disepakati bersama dengan para pemegang obigasi asing.

Obligasi minyak milik negara Petroleos de Venezuela akan jatuh tempo pada tahun 2020, meningat 0,3 persen menjadi 81 sen dalam dollar AS, dengan imbal hasil 22,4 persen. Obligasi pemerintah untuk tahun 2027 yang saat ini gagal bayar pun juga mengalami perubahan pada 23 sen.

China telah menjadi pemberi pinjaman utama kepada Venezuela sejak tahun 2008 ketika pertama kali menyediakan dana untuk infrastruktur dan proyek-proyek minyak di negara tersebut. Meskipun hanya ada sedikit data yang dipublikasikan, China telah memberikan pinjaman sekitar 70 miliar dollar AS dalam beberapa kali angsuran, sebagian besar harus dibayar kembali dalam bentuk minyak.

"Ini akan memberi peerintah sedikit ruang untuk bernapas," ujar Direktur Ecoanalitica Asdrubal Oliveros, sebuah perusahaan konsultan di Caracas.

Sebagai informasi, Venezuela telah dalam pergolakan krisis sejak harga minyak jatuh 4 tahun lalu. Terlepas dari hal tersebut, pemerintahan Maduro menolah untuk meliberalisasi ekonomi yang mereka kelola bahkan ketika inflasi meroket dan kelaparan merajalela.

Jejaring harga dan kontrol mata uang yang rumit didapuk menjadi masalah utama, serya hiperinflasi telah melumpuhkan negara. Di sisi lain, pemerintah sayap kiri menegaskan masalah tersebut adalah hasil "perang ekonomi" yang dilancarkan oleh pemerintahan Trump dan oposisi politik.

Pekan lalu, tim penasihat China tiba di Caracas ketika pemerintah mengumumkan rencana untuk merombak sistem pengawasan mata uang Venezuela yang saat ini berusia 15 tahun. Zerpa berjanji sistem baru akan lebih bebas dan jelas.

Namun, ekonom tetap skeptis bahwa pemerintahan Maduro akan dapat memenuhi permintaan dolar sebagai lingkaran kreditor dan industri minyak terus runtuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com