Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjelasan Sri Mulyani soal Kondisi dan Tantangan Terkini Ekonomi RI

Kompas.com - 15/09/2018, 11:19 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan penjelasan panjang mengenai situasi terkini perekonomian Indonesia melalui laman Facebook-nya.

Dalam unggahan tersebut, Sri Mulyani menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini jutsru menegalami akselerasi setelah dihadapkan pada tekanan lantaran merosotnya harga komoditas dari tahun 2015 hingga 2016.

Namun saat ini, Indonesia juga dihadapkan pada berbagai tantangan ekonomi yang terus berubah secara cepat. Perubahan secara drastis yang terjadi pada neraca pembayaran di tahun 2018 ini, menurut dia harus diwaspadai.

Dia menegaskan, ada empat aspek perekonomian yang harus dikelola dalam menjaga stabilitas dan kelanjutan kemajuan perekonomian menghadapi guncangan dunia tersebut.

"Pertama, aspek sektor riil yang ditunjukkan dengan Indikator pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB). Kedua, aspek fiskal, yaitu APBN meliputi penerimaan, belanja negara dan pembiayaan. Ketiga, aspek moneter serta sektor keuangan, dan keempat, aspek Neraca Pembayaran yaitu keseimbangan eksternal antara perekonomian Indonesia dengan dunia," ujar Sri Mulyani dalam laman Facebook-nya, Jumat (14/9/2018).

Adapun saat ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia di semester I 2018 berada pada level 5,17 persen, angka tertinggi sejak 2014, dan tingkat pengangguran berada pada posisi 5,13 persen (terendah dalam dua dekade). Di sisi lain, tingkat kemiskinan juga berada pada posisi 9,8 persen (terendah dalam dua dekade).

Dari sisi fiskal, penerimaan negara di semester I 2018 telah mencapai 44 persen dari target, dengan pertumbuhan penerimaan pajak yang membaik mencapai 14,3 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan di semester I 2017 yaitu 9,6 persen.

Realisasi penyerapan belanja negara sampai akhir Juli 2018 mencapai 44 persen, realisasi tranfer ke daerah dan dana desa sebesar 58,6 persen dari pagu.

Defisit sampai akhir Juli 2018 sekitar 1,02 persen dan keseimbangan primer positif 46,4 triliun, suatu kemajuan kesehatan APBN yang luar biasa dibanding situasi 3 tahun terakhir. Konsolidasi fiskal dikakukan untuk meminimalkan dampak lingkungan global terhadap APBN dan meningkatkan ketahanan perekonomian.

Dari sisi moneter, inflasi sangat terjaga pada angka 3,2 persen di semester I 2018, dengan stabilitas inflasi terjaga selama 3 tahun terakhir dikisaran 3,5 persen," lanjut dia.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini juga menjelaskan, dari sisi sektor keuangan, Indonesia juga menunjukkan situasi yang stabil dan membaik. Tercermin dari tingkat kecukupan modal perbankan (CAR) yang mencapai 22 persen di kuartal II 2018, tingkat kredit macet (NPL) yang tetap rendah sebesar 2,7 persen, dan pertumbuhan kredit mencapai 10,7 persen dan dinilai akan terus membaik.

Secara keseluruhan tahun 2018, rata-rata pertumbuhan kredit diperkirakan berada pada kisaran 10 hingga 12 persen.

Namun, dengan stabilitas kegiatan ekonomi yang dinilai lebih baik tersebut, dari aspek keseimbangan eksternal neraca pembayaran. Indonesia menghadapi perubahan yang sangat drastis pada tahun 2018.

"Inilah yang harus diwaspadai oleh kita semua tanpa harus menjadi panik. Pada tahun 2016 dan 2017, transaksi berjalan (ekspor dikurang impor untuk barang dan jasa) mengalami defisit sebesar 17 miliar dollar AS atau 1,8 persen dari PDB dan 17,3 miliar dollar AS yang setara dengan 1,7 persen dari PDB," jelas Sri Mulyani.

Ia menambahkan, defisit transaksi berjalan tersebut dapat dikompensasi oleh arus modal dan keuangan yang masuk ke Indonesia sebesar 29,3 miliar dollar AS dan 29,2 miliar dollar AS. Sehingga, secara keseluruhan neraca pembayaran masih surplus sebesar 12,1 dollar AS dan 11,6 miliar dollar AS.

"Sehingga cadangan devisa Indonesia meningkat hingga pernah mencapai tertinggi sebesar 132 miliar dollar AS," ujar dia.

Sri Mulyani melanjutkan, memasuki 2018, normalisasi kebijakan moneter menyebabkan pembalikan arus modal dan keuangan dari negara berkembang ke Amerika Serikat. Kondisi ini menyebabkan neraca pembayaran mengalami tekanan, karena arus modal ke Indonesia yang sebelumnya mencapai di atas 29 miliar dollar AS di 2016 dan 2017, kini hanya menjadi 6,5 miliar dollar AS pada semester I 2018.

Penurunan tajam arus modal tersebut dihadapkan pada defisit transaksi berjalan pada semester pertama 2018 yang justru meningkat, yaitu sebesar 13,7 miliar dollar AS. Sehingga, secara keseluruhan neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit sebesar 8,2 miliar dollar AS.

"Hal ini menggerus cadangan devisa dan menekan nilai tukar rupiah. Masalah inilah yang sedang ditangani pemerintah," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Jokowi Tegaskan Freeport Sudah Milik RI, Bukan Amerika Serikat

Whats New
Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Astra Infra Group Bakal Diskon Tarif Tol Saat Lebaran 2024, Ini Bocoran Rutenya

Whats New
Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Dampak Korupsi BUMN PT Timah: Alam Rusak, Negara Rugi Ratusan Triliun

Whats New
Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com