Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Bandara Masih Sepi Penumpang, Mau sampai Kapan?

Kompas.com - 18/09/2018, 05:46 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Dian tak menampik, jika memang bukan karena waktu yang terbatas dirinya mungkin akan naik Damri. Tak jauh beda jika dia berangkat dari rumahnya yang terletak di Kebon Jeruk, pun tidak akan memakai kereta bandara ini untuk sampai di Bandara Soekarno-Hatta.

"Baru pertama, kaget juga sih. Kok masih sepi ya, padahal kemarin pas peresmian heboh banget," tuturnya.

Bagi dirinya tiket seharga Rp 70.000 tidak menjadi masalah. Namun, mungkin berbeda dengan orang lain. Dian mengungkapkan, mungkin soal harga bisa memengaruhi minat beli masyarakat untuk menjajal kereta ini.

"Kemarin pas pertama heboh kayaknya rame, harganya juga Rp 35.000. Mungkin pas udah naik ke Rp 70.000 pada mikir juga kayaknya," ucap Dian.

Tak jauh berbeda dengan Dian, Fajar (37) yang merupakan penumpang kereta bandara pun mengungkapkan bahwa dirinya tidak keberatan dengan tiket yang dibandrol Rp 70.000 sekali jalan dari Stasiun BNI City ke Stasiun Bandara Soekarno-Hatta.

"Saya melihat kereta bandara ini cukup bagus ya dari segi fasilitas, sudah nyaman dan enak juga. Penumpang juga tidak perlu berebut," tutur Fajar kepada Kompas.com, Jumat (14/9/2018).

Menurut dia, harga Rp 70.000 sudah sangat sepadan dengan fasilitas yang bisa didapat. Dibandingkan dengan moda transportasi yang lain misalnya taksi.

"Masyarakat juga rasanya bisa menilai, kalau ada harga ya pasti ada kualitas," ujarnya.

Berbeda dengan Dian dan Fajar, Riska (24) masih mempersoalkan harga tiket yang menurutnya berlum terjangkau. Dia berpendapat, mungkin bagi sebagian kalangan harga tiket ini memang murah tapi sebagian lain tidak.

"Menurut saya kalau kereta pengin lebih ramai mungkin (harga) bisa lebih murah lagi walaupun memang fasilitasnya nyaman dan enak. Diskonnya bisa diperbanyak. Karena mungkin tidak semua orang mau naik dengan harga segitu," ucapnya.

Perempuan yang baru menyelesaikan studinya di Jakarta ini berpendapat, pemerintah juga harusnya bisa menyediakan akses informasi yang memadai mengenai kereta bandara ini. Terlebih lagi, masyarakat pun akan semakin senang jika moda transportasi ini bisa mereka jajal jika banyak promo yang diberikan.

Masih banyak evaluasi

Wakil Ketua Komisi V Dewan Perwakilan Republik Indonesia (DPR RI) Muhidin Mohammad Said menyarankan agar moda transportasi yang menuju dan dari stasiun untuk kereta bandara dikoneksikan dengan trasnportasi umum. Muhidin menjelaskan, tidak efektifnya perpindahan moda ini jadi masalah yang dipikirkan oleh masyarakat.

"Kalau dari stasiun ke rumah mereka kan harus pindah lagi pakai taksi, nah disini kadang masyakatkan tidak mau repot. Namun, hal itu bisa diakali dengan disediakan transportasi untuk ke feeder tertentu yang dekat dengan tujuan wilayahnya," ujar Muhidin.

Pemerintah memang wajib menyedian sarana transportasi massa yang aman, nyaman dan tentu dapat dijangkau oleh masyarakat. Menurut Muhidin juga yang menyebabkan kereta ini sepi peminat karena biayanya tidak seimbang.

"Mereka kan turun dari stasiun mesti naik taksi lagi, nah inikan tetap saja nambah biaya. Makanya, salah satunya sediakan transportasi lanjutan yang murah," ujar Muhidin.

Baca juga: Jokowi Resmikan Pengoperasian Kereta Bandara Internasional Minangkabau

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri yang dikutip dari cuitannya di Twitter, Rabu (10/9/2018), memperlihatkan keadaan sepinya gerbong kereta bandara saat dirinya menjadi penumpang.

Dalam cuitannya itu, Faisal menuliskan harapannya untuk Railink yang tengah berjuang untuk menggaet penumpang saat ini. Dia mengatakan semoga kerugian karena sepinya penumpang ini bisa ditekan lewat iklan yang dipasang pada monitor gerbong kereta.

"Hingga kini KA Bandara masih sangat sepi penumpang. Semoga kerugiannya bisa ditekan dengan taburan iklan di dalam KA, termasuk lewat layar TV," tutur Faisal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com