Ini berarti mereka telah menerapkan tarif premium dan sejatinya belum bisa kita sebut fintech.
Pertanyaannya, mengapa konsumen mau?
Sampai April 2018 fintech Indonesia telah berhasil melayani 1,47 juta nasabah peminjam dengan nilai Rp 5,42 triliun. Dan jawabannya adalah, mereka terdiri dari kelompok masyarakat konsumtif, yang memiliki dorongan keterdesakan yang tinggi untuk mengonsumsi sesuatu (umumnya gadget, atau pengeluaran gaya hidup), bukan investasi.
Proses yang cepat, tanpa jaminan dan mudah telah mendorong mereka memanfaatkan fasilitas ini. Namun sekali lagi ini bukanlah fintech yang dimaksud dalam disruption.
Akan menjadi lebih jelas lagi saat kita meneropong fintech Indonesia lebih dalam, ternyata hampir semuanya bekerjasama dengan perbankan konvensional. Artinya, masih mengandalkan dana-dana mahal dan belum bisa digunakan untuk memerankan inklusi keuangan.
Kalau sudah demikian, pertanyaanya, siapa yang akan menjalankan peran inklusi keuangan?
Menurut index keuangan inklusi internasional yang dikeluarkan oleh Bank Dunia (April 2018), baru 48,9 persen orang dewasa Indonesia yang memiliki akun bank. Jumlah ini naik pesat memang, dari era pemerintahan sebelumnya yang hanya mencapai 20 persen (2011).
Namun masih ada gap sebesar 50 persen. Kepada siapa lagi kita bisa berharap kalau bukan pada fintech yang benar-benar dirancang secara disruptif, low cost dan serba digital.
Tentu saja bagi perbankan konvensional kini muncul persoalan, tentang peta jalan masa depan baru yang perlu diambil. Lain kali saya akan membahasnya.
Namun perlu saya garis bawahi bahwa kini perbankan memiliki 3 pilihan: (1) Bertahan pada core strength yang sudah kita miliki namun pasarnya deminishing (menipis), (2) Melakukan pengembangan menjadi techfin, atau (3) merajut jalan baru melalui fintech yang inklusif dan low cost.
Apapun yang ditempuh, bank-bank yang kita kenal perlu mempersiapkan sebuah desain yang ambidextrous atau cerdas. Lain kali kita bahas lebih dalam. Selamat bertransformasi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.