Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupee Salah Satu Mata Uang Berkinerja Buruk, Ini yang Dilakukan India

Kompas.com - 18/09/2018, 09:40 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNN Money

NEW DELHI, KOMPAS.com - Perekonomian India tengah mengalami lonjakan tahun ini, namun mata uang mereka, rupee justru bergerak ke arah yang berlawanan.

Rupee adalah salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di dunia pada 2018. Rupee telah terdepresiasi sebesar 13 persen dari dollar AS.

Hingga pada Senin, (17/9/2018) waktu setempat, nilai tukar rupee terhadap dollar AS jatuh mendekati rekor terendah menjadi 72,9 rupee per dollar AS. Padahal selama akhir pekan pemerintah setempat terus berupaya untuk memperbaiki hal ini.

Menteri Keuangan Arun Jaitley mengatakan, India akan mengurangi impor dan memudahkan investor asing untuk membeli obligasi rupee yang dikeluarkan oleh India. "Detail pembatasan impor akan diumumkan beberapa hari ke depan," sebut dia.

Baca juga: Harga iPhone Baru Hampir Setara Gaji Sebagian Penduduk India

Tak hanya India, beberapa negara dengan pasar berkembang tengah mengalami pukulan telak lantaran terjadi ketegangan perdagangan global serta naiknya suku bunga AS yang membuat dollar AS menjadi lebih menarik dibanding mata uang negara-negara berkembang. 

Ekonomi India sendiri dinilai berada pada kondisi yang jauh lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 8,2 persen pada kuartal II tahun 2018.

Namun, anjloknya rupee berisiko memicu inflasi karena harga barang impor menjadi lebih mahal. India sebagai negara importir energi mengalami pelemahan mata uang ketika harga minyak global mengalami peningkatan. Hal ini membuat pukulan hebat bagi India.

Sementara analis menyebut bahwa intervensi yang dilakukan oleh pemerintah tidak efektif dan tidak perlu lantaran melemahnya rupee disebabkan oleh faktor eksternal dan belum menjadi ancaman lantaran ekonomi India dinilai cukup kuat.

Shilan Shah, ekonom Capital Economics mengatakan, langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah India hanyalah polesan semata dan tidak akan memberikan perubahan signifikan. Adapun melemahnya rupee terhadap dollar AS diprediksi akan terus berlanjut hingga tahun 2019.

"Langkah tersebut akan membuat seolah pemerintah khawatir dan justru mendorong spekulan dan kekhawatiran investor," ujar dia.

Shilah memerkirakan pelemahan rupee akan terus terjadi hingga 2019.

Sementara Direktur International Growth Centre India, Pronab Sen, mengatakan, pemerintah terlihat khawatir sehingga mendorong spekulan dan meningkatkan kekhawatiran investor.

Upaya pemerintah untuk menopang depresiasi rupee juga dibantu oleh Bank Sentral India yang dilaporkan telah melakukan intervensi dengan membeli rupee hingga cadangan mata uang asing mereka merosot hingga 400 miliar dollar AS untuk pertama kalinya sejak November 2017.

Bank sentral juga telah menaikkan suku bunganya dua kali tahun ini, dan kenaikan suku bunga lebih lanjut kemungkinan akan terjadi jika rupee terus berada dalam tekanan dan inflasi masih berlanjut.

Kedua hal itulah yang akan menjadi risiko yang bisa menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi India. Meski pelemahan rupee dinilai dapat membantu eksportir, namun di sisi lain naiknya suku bunga yang lebih besar dapat menjadi rem bagi pertumbuhan ekonomi.

"Jika kita melihat kenaikan suku bunga yang sangat agresif ... maka itu akan membebani pertumbuhan," katanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNN Money
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Perusahaan Asal Singapura Jadi Investor Pertama KIT Batang Tahun Ini

Whats New
Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Ada Gejolak Global, Erick Thohir Telepon Direksi BUMN, Minta Susun Strategi

Whats New
Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com