JAKARTA, KOMPAS.com - Pertumbuhan masyarakat kelas atas di Indonesia cukup tinggi. Bahkan, dalam lima tahun ke depan, jumlahnya diperkirakan meningkat lima kali lipat.
Data Global Wealth Report (2004-2022) yang dilansir tahun lalu menyebutkan, jumlah orang kaya di Indonesia pada 2017 mencapai sekitar 111.000 orang dengan aset 1,8 triliun dollar AS. Angka itu naik dari tahun sebelumnya yang sebanyak 105.000 orang. Diperkirakan, pada 2022 jumlahnya mencapai 180.000 orang.
Kondisi itu juga terlihat dari data penjualan mobil sport mewah di Indonesia yang tumbuh lebih dari 20 persen per tahun. Belum lagi penjualan barang mewah yang tiap tahunnya tumbuh sekitar 80 persen.
Sayangnya, dari masyarakat kalangan atas itu, hanya 12 persen dari kekayaan mereka yang dialokasikan untuk asuransi jiwa. Belum lagi, banyak keluarga mapan yang sulit mewariskan kemapanan mereka ke generasi berikutnya.
Berdasarkan data Baker McKenzie (2017), lebih dari 50 persen bisnis keluarga di Asia dijalankan oleh generasi pertama, tetapi hanya 3 persen bisnis keluarga yang dijalankan generasi ketiga.
Dari kondisi itulah yang memacu Manulife Indonesia menghadirkan Manulife Prime Assurance (MPA), produk proteksi premium untuk individu high net-worth (HNW).
“Siapa bilang orang mapan tidak ada masalah? Kemapanan bisa susut dan bisa jadi tidak ada yang diwariskan. Orang berduit belum tentu terbebas dari masalah keuangan, apalagi kalau bicara soal transfer generasi,” ujar Presiden Direktur dan CEO PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) Jonathan Hekster melalui rilis pers, Rabu (19/9/2018).
Jonathan Hekster menjelaskan, produk yang diluncurkan itu sebagai perencanaan peninggalan keluarga melalui asuransi jiwa menyeluruh. Peluncuran MPA merupakan wujud komitmen berkelanjutan Manulife untuk melindungi seluruh keluarga Indonesia.
Ia menambahkan, salah satu tantangan bagi keluarga kelas atas adalah menyeimbangkan antara perubahan gaya hidup dan pengelolaan keuangan bagi persiapan keuangan di masa depan. Ada indikasi bahwa keluarga Indonesia membutuhkan bantuan mencapai keseimbangan itu.
Hal ini merujuk pada hasil survei Manulife Investor Sentiment Index 2016 yang menyebutkan bahwa investor Indonesia hanya mengalokasikan 12 persen dari kekayaan mereka untuk asuransi.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.