Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta di Balik Rencana Impor Beras 2 Juta Ton Tahun Ini

Kompas.com - 20/09/2018, 06:05 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui hasil rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang melibatkan kementerian dan lembaga terkait memutuskan impor beras secara bertahap sepanjang tahun ini, dengan total 2 juta ton.

Hasil rakortas diputuskan semua kementerian dan lembaga di bawah koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

Belakangan, perihal impor beras jadi polemik karena Kementerian Pertanian mengklaim produksi beras dalam negeri mencukupi kebutuhan hingga akhir tahun.

Sedangkan harga beras di pasaran sempat naik dan stok beras pemerintah di Perum Bulog yang digunakan untuk operasi pasar pun jumlahnya minim.

"Dari kuartal III 2017 harga (beras) mulai naik. Kami sudah intens rapat. Stok Bulog saat itu pada 978.000 ton. Banyak enggak itu? Enggak, karena normalnya kita itu stoknya 2 juta ton. Kalau 3 juta, bagus," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution saat ditemui di kantornya pada Rabu (19/9/2018) malam.

Darmin mengungkapkan, dalam rapat di awal tahun 2018 terjadi debat dari berbagai pihak, di mana ada yang yakin produksi beras cukup untuk kebutuhan tahun 2018 dan ada yang meragukannya. Hingga rapat berikutnya kembali digelar 15 Januari, dan dicek stok beras di Bulog saat itu tinggal 903.000 ton.

"Dalam 10 hari, berkurang 75.000 ton, harus operasi pasar karena harga naik. Harga waktu itu Rp 11.300 (per kilogram), ini beras medium, loh. Beras medium itu (Harga Eceran Tertinggi) Rp 9.450, jadi sudah ada jauh di atas," tutur Darmin.

Tambahan stok beras dalam negeri biasanya menunggu masa puncak panen raya yang jatuh pada Maret atau April. Sementara, dengan stok beras yang tidak seberapa dan masih bulan Januari, dengan kondisi harga di pasaran sudah naik, maka hasil rakortas memutuskan impor 500.000 ton beras.

"Kalau harga makin turun, 'digoreng' sama pedagang, kami enggak akan kuat. Jangan dikira 903.000 ton itu banyak. Konsumsi kita sebulan ada yang bilang 2,3 dan 2,4 juta ton. Artinya, 903.000 ton itu lebih sedikit dari 10 hari," ujar Darmin.

Kementerian Pertanian dalam rakortas memproyeksikan total hasil produksi beras dari panen raya bisa mencapai 13,7 juta ton, dengan perkiraan produksi 2,5 juta ton pada Januari, 4,7 juta ton pada Februari, dan 6,5 juta ton pada Maret. Namun saat rapat berikutnya tanggal 19 Maret, stok beras di Bulog tinggal 590.000 ton dengan kondisi 500.000 beras impor hasil keputusan rapat Januari belum masuk.

"Impor (keputusan) 15 Januari itu perintahnya harus masuk akhir Februari. Kenapa enggak masuk, pertama karena mereka panennya macet, negara produsen. Kemudian pengapalannya memang lama, persiapannya," ucap Darmin.

Rakortas terakhir turut memutuskan bahwa Bulog harus menyerap beras hasil produksi dalam negeri paling lambat bulan Juni sebesar 2,2 juta ton. Sementara saat rapat berikutnya tanggal 28 Maret, stok beras Bulog baru naik sedikit, menjadi 649.000 ton dari posisi terakhir 590.000 ton per 19 Maret.

"Posisi 28 Maret memang stok sedikit naik, jadi 649.000 ton. Tapi, ya enggak ada apa-apanya. Panen raya sudah mau habis, siapa yang percaya bahwa ini akan beres-beres saja ke depan? Sehingga kami putuskan impor 1 juta ton," sebut Darmin.

Belakangan harga beras masih tinggi, yaitu Rp 11.036 per kilogram untuk beras medium dan di sisi lain operasi pasar terus dilakukan. Kemudian rakortas memutuskan kembali menambah impor beras hingga total untuk tahun ini 2 juta ton.

Setelah berbagai keputusan itu, dalam rapat terakhir di bulan Agustus, jumlah stok beras di Bulog sudah ada 2,2 juta ton. Namun, jumlah itu termasuk dengan beras impor yang sudah masuk sebesar 1,4 juta ton.

"Karena sudah bulan Agustus, kami anggap (target penyerapan) 2,2 juta ton masih akan nambah sedikit dari pengadaan dalam negeri, dan katanya sekarang bisa mendekati 2,4 juta ton, berarti naik sedikit. Sampai akhir tahun (cadangan beras) bisa 3 juta ton, maka, kami tidak menambah impor," kata Darmin.

Dari total 1,4 juta ton beras impor yang sudah masuk, maka seharusnya masih ada 600.000 ton beras lagi. Tapi, Darmin memastikan itu tidak jadi diimpor karena kendala teknis dari negara produsen dan proses pengiriman yang membuatnya melebihi batas waktu yang ditentukan dalam rakortas.

Upaya pemerintah menjaga harga kebutuhan pokok, termasuk beras, tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terakhir, bulan Agustus justru terjadi deflasi atau turunnya harga barang-barang sebesar 0,05 persen.

Untuk indikator inflasi umum kelompok bahan makanan, terjadi deflasi 1,10 persen dan menyumbang andil deflasi 0,24 persen dari keseluruhan deflasi bulan Agustus. Pemerintah menargetkan inflasi keseluruhan untuk tahun 2018 sebesar 3,5 plus minus 1 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com