Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

Polemik Impor Beras, Kementan Tunggu Data BPS

Kompas.com - 20/09/2018, 17:51 WIB
Mikhael Gewati,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

“Kementan memiliki struktur sampai level desa, mitra tani dan sebagainya mengenai luas panen, luas tanam dan seterusnya," ujar Ketut.

Tak hanya itu, lanjut Ketut, Kementan juga punya citra satelit landsat sampai data mentah dari citra landsat. Dua data itu kemudian diolah Balai Besar Sumber daya Lahan Pertanian.

Setelah itu, di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) data tersebut disebarluaskan dan bisa dilihat melalui website.

Menurut Ketut, metode pengumpulan data produksi yang dilakukan Kementan sebelum dan sesudah 2016 tidak berubah. Tetap berpedoman pada standar yang telah disepakati bersama antara BPS dengan Kementan.

Ia menggarisbawahi, data produksi yang digunakan Kementan merupakan hasil pengolahan BPS dengan Sistem Informasi Tanaman Pangan (SIM-TP).

Data tersebut kemudian disinkronisasi pada rapat pembahasan Angka Ramalan (ARAM), Angka Sementara (ASEM), dan Angka Tetap (ATAP). Rappat pembahasan ini dihadiri semua perwakilan BPS Provinsi, pusat dan dinas-dinas.

Kementan, tegas Ketut, menjunjung tinggi prinsip satu peta, satu data dan tidak berwenang mengeluarkan data secara sepihak.

“Maka, meski sejak 2015 BPS menyatakan tidak lagi merilis data produksi beras, BPS tetap lembaga yang sah mengeluarkan angka ramalan berdasarkan hasil rapat koordinasi BPS dengan Kementan," tambahnya.

Untuk itu, publik kini menanti rilis data pangan terbaru yang merupakan data berbasis teknologi hasil kerjasama BPS dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Data yang digadang-gadang akan lebih efektif dan objektif dibandingkan dengan eye estimate, metode yang sudah berpuluh-puluh tahun digunakan BPS dalam menghitung produksi padi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com