Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rugi Terus, Operasional Malaysia Airlines Harus Diperiksa

Kompas.com - 24/09/2018, 16:38 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Mantan direktur utama Malaysian Airlines Systems Bhd Tan Sri Dr Abdul Aziz Abdul Rahman menyatakan, pemerintah Malaysia harus membentuk tim yang terdiri dari sejumlah pakar. Tim itu bertugas memeriksa operasional maskapai Malaysia Airlines Berhad.

Sebab, rencana restrukturisasi maskapai tersebut senilai 6 miliar ringgit dianggap gagal. Pemegang saham tunggal Malaysia Airlines, Khazanah Nasional Bhd telah menyuntikkan investasi tersebut untuk mendukung rencana restrukturisasi Malaysia Airlines yang diluncurkan tahun 2014 silam.

Dikutip dari The Star, Senin (24/9/2018), Abdul Aziz menuturkan, ketimbang mencatat laba, Malaysia Airlines membukukan kerugian selama tiga tahun berurut-turut. Pada tahun pertama implementasi rencana restrukturisasi, Malaysia Airlines menderita kerugian 1 miliar ringgit.

"Mulai tahun 2015 sampai 2017, mereka gagal. Di tahun keempat (2018), kita belum tahu. Kita harus menunggu hingga akhir tahun ini untuk melihat hasilnya," ujar Abdul Aziz.

Ia mengungkapkan, apabila pada tahun 2018 ini Malaysia Airlines menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya, maka ada harapan restrukturisasi bisa berjalan dengan baik. Namun, apabila kinerja maskapai tersebut buruk, maka pemerintah harus meninjau operasional Malaysia Airlines.

"Uang pemerintah adalah uang rakyat. Modal yang diberikan kepada Malaysia Airlines adalah uang rakyat dan bisa dipertanyakan. Dalam hal kerugian, (rencana) restrukturisasi telah gagal," ungkap Abdul Aziz.

Abdul Aziz mengatakan, Malaysia Airlines berdarah-darah karena tingginya biaya operasional. Salah satunya adalah lantaran tingginya gaji yang dibayarkan kepada jajaran manajemen yang merupakan orang asing, termasuk direktur utama, direktur operasional, dan sejumlah pimpinan komersial lainnya.

Alasan lainya adalah pembelian pesawat berbadan lebar Airbus A380. Menurut Abdul Aziz, keputusan pembelian pesawat itu adalah investasi yang buruk dan menyebabkan arus kas Malaysia Airlines tersedot.

Abdul Aziz menyarankan Malaysia Airlines melihat dan memperbesar bisnis kargo, maintenance, repair and overhaul (MRO) atau pemeliharaan dan perbaikan, serta binis katering penerbangan. Ia menyebut, Malaysia Airlines harus mengeksplorasi kesempatan besar bisnis kargo dan memperbesar portfolio bisnis di China, India, Taiwan, Hong Kong, Australia, dan Selandia Baru.

"Ketika saya pensiun tahun 1991, kita memiliki MRO kelas dunia (di mana maskapai dari) AS, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Singapura mengirim (pesawat) ke kami (untuk layanan MRO)," tutur Abdul Aziz.

 

 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com