Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Strategi Agar Indonesia Jadi Pemain Kunci Industri Halal Global

Kompas.com - 24/09/2018, 18:05 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia didorong mulai berperan sebagai pemain kunci dalam industri halal dunia. Dengan demikian, sebagai negara berpopulasi muslim terbanyak di dunia, Indonesia tak lagi hanya menjadi pasar bagi produk halal dari berbagai penjuru negara.

Salah satu cara yang bakal digunakan guna mewujudkan ambisi tersebut adalah melalui pagelaran Indonesia International Halal Lifestyle pada 3-4 Oktober 2018 mendatang di Jakarta.

“Dengan adanya acara itu, bisa menjadi branding bahwa Indonesia juga fokus mengembangkan industri ekonomi halalnya,” kata Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Anwar Bashori dalam jumpa pers di Gedung BI, Jakarta, Senin (24/9/2018).

Anwar menambahkan, acara tersebut nantinya berisi konferensi, forum bisnis, business matching, dan pelatihan bisnis guna menjalin sinergi antar pelaku ekonomi syariah. Terkait hal tersebut, Anwar menyatakan bahwa pemerintah Indonesia saat ini mulai serius memperbesar ekonomi syariah.

“Kecenderungan global menunjukkan pesatnya permintaan konsumen terhadap produk halal,” imbuh Anwar.

Anwar pun berharap, acara tersebut bisa mendorong peningkatan investasi dan perdagangan industri halal baik di negara muslim maupun non-muslim.

Di sisi lain, digelarnya acara tersebut juga menjadi bukti bahwa Indonesia tak ingin kalah dari Korea, Malaysia, Thailand, dan Jepang yang sudah mengembangkan ekonomi halalnya terlebih dahulu.

“Indonesia selama ini masih harus ikhlas menjadi pasar industri halal dunia,” ucap dia.

Industri halal diketahui mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar secara global. Pada 2016 silam, nilai ekonomi dari industri halal tercatat sebesar dua triliun dollar Amerika Serikat (AS).

Angka tersebut diprediksi terus meningkat menjadi tiga triliun dollar AS pada 2022 mendatang. Besarnya potensi tersebut yang kemudian coba dikeruk oleh Pemerintah Indonesia.

Peluang atas keinginan tersebut pun masih terbuka cukup lebar.

“Skor indikator ekonomi Islam Indonesia berdasarkan data Global Islamic Economic Report 2017-2018 berada di posisi 11. Sementara Malaysia di posisi pertama,” sambung Anwar.

Sementara itu, dalam pagelaran Indonesia International Halal Lifestyle tersebut bakal banyak mempertemukan para pelaku industri halal nasional dengan pembeli potensial dari dalam dan luar negeri sebagai sarana ekspansi bisnisnya.

“Kita tidak menargetkan jumlah transaksi yang akan tercipta dalam business matching di acara tersebut yang penting bisa membuka pasar industri halal lokal kita,” terang Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

5 Cara Beli Emas di Pegadaian, Bisa Tunai dan Nyicil

Spend Smart
Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

Masuki Usia ke-20, Sido Muncul Beberkan Rahasia Sukses Kuku Bima

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com