Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS EKONOMI

BUMDes Dongkrak Produk Unggulan Desa Terpencil

Kompas.com - 24/09/2018, 19:27 WIB
Kurniasih Budi

Editor

“Konsumen menyukai rasa kopi canggah yang unik, karena rasanya dominan manis seperti ada karamelnya, berbeda dari kopi-kopi di Jawa Barat yang rasanya dominan rasa buah dengan tingkat keasaman yang tinggi,” kata Angga Maulana.

Peningkatan kualitas hidup warga desa

Aliran dana desa mengubah kondisi masyarakat desa, termasuk kualitas hidup. Warga Desa Cupunangara juga memanfaatkan dana tersebut untuk membangun drainase dan sanitasi lingkungan desa.

Salah satu warga Desa Cupunagara Jajang Saripudin mengatakan, sebelum adanya dana desa, warga desa tidak memiliki saluran pembuangan air kotor sehingga rawan terkena penyakit.

Dana desa pun digunakan untuk memperbaiki posyandu serta pemenuhan fasilitas kesehatan, seperti tempat tidur dan poster penyuluhan untuk masyarakat.

Akses air layak minum

BUMDes Mukti Raharja melalui unit usaha air gallon berhasil mengolah air layak minum dan dijual dengan harga murah kepada warga desa.

Meski dekat dengan mata air, warga Desa Cupunagara selama ini belum seluruhnya bisa mengakses air layak minum.

Situasi berubah dengan hadirnya BUMDes. Kini, warga desa bisa membeli air layak minum dalam galon untuk keluarga.

“Kalau beli di pasar, air minum harganya Rp 15.000 hingga Rp 20.000 per galon. Sekarang, kami warga desa beralih membeli air galon di BUMDes. Selain rasanya sama dengan yang sebelumnya kami minum, harganya juga murah hanya Rp 7.000 per galon dan diantar sampai ke rumah,” ujar Jajang.

Kepala BUMDes Mukti Raharja Risma Wahyuni Hidayat mengatakan, warga Desa Cupunagara yang sebelumnya bekerja serabutan, sekarang sudah bisa memiliki penghasilan Rp 500.000 per bulan dengan mengolah air layak minum dalam galon.

Produktivitas warga desa meningkat

Jajang Saripudin menambahkan, ibu-ibu rumah tangga pun kian produktif sejak hadirnya BUMDes Mukti Raharja,

Warga yang semula tak berpenghasilan mencoba menanam kopi karena nilai ekonomis kopi arabika cukup menggiurkan.

Jajang berharap, pemerintah terus membantu desa untuk menjadi mandiri, salah satunya adalah dengan menyediakan bibit kopi. Apalagi, saat ini Desa Cupunagara belum memiliki penangkaran bibit kopi. 

“Walaupun sudah ada bantuan dari dinas terkait, tapi belum cukup memenuhi permintaan warga desa,” ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com