Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Defisit Neraca Perdagangan, Pemerintah Disarankan Kembangkan Bioetanol

Kompas.com - 24/09/2018, 21:30 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk Cyrillus Harinowo menyarankan pemerintah perlu mengembangkan bahan bakar alternatif dari campuran etanol atau yang dikenal sebagai bioetanol.

Saran ini diajukan dalam rangka mengatasi defisit neraca perdagangan, di mana sekarang sudah diimplementasikan ide serupa, yakni B20 atau biodiesel.

B20 merupakan salah satu langkah yang ditempuh pemerintah dalam rangka mengurangi ketergantungan terhadap impor. Penggunaan biodiesel diperkirakan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak berupa solar yang cukup tinggi dalam beberapa waktu terakhir.

"Kalau kita memperkenalkan biosolar atau B20, itu pada akhirnya penurunan (impor) bisa banyak. Tapi, sebetulnya dan ini harus dipikirkan untuk jangka panjang, Indonesia punya kesempatan yang sangat besar untuk menggunakan apa yang disebut sebagai bioetanol," kata Harinowo saat ditemui di Yogyakarta pada Sabtu (22/9/2018).

Harinowo mengungkapkan, bioetanol sudah digunakan di beberapa negara sebagai bahan bakar alternatif. Seperti di Amerika Serikat, di mana bioetanol menjadi campuran dalam bahan bakar mereka dengan porsi 10 persen etanol.

Sama halnya dengan di Brasil, porsi etanol yang dipakai sebagai bahan campuran bahan bakar sebesar 30 persen. Jika pemerintah mau serius menggarap bioetanol, Harinowo memandang kesempatannya masih sangat besar karena komoditas untuk memproduksinya sangat mungkin dilakukan di Indonesia.

"Saya pernah hitung, kalau bioetanol diproduksi di Amerika, satu hektare lahan itu hanya menghasilkan 3.000 liter. Kalau di Brasil menghasilkan 7.000 liter bioetanol. Kalau di Indonesia, misalkan produktivitasnya bisa 60 ton per hektare, akan menghasilkan 10.000 liter bioetanol," tutur Harinowo.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada Agustus 2018 mengalami defisit 1,02 miliar dollar AS. Adapun defisit paling besar didapati dari sektor migas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com