Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sanksi ke Iran Segera Diterapkan, Harga Minyak Mentah Tembus Level Tertinggi

Kompas.com - 26/09/2018, 07:03 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

Sumber Al Jazeera

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak pada perdagangan Selasa, (25/9/2018) mencapai level tertinggi, yakni sebesar 82,55 dollar AS per barel setelah Rusia dan Arab Saudi menolak mengerek produksi seiring dengan diterapkannya sanksi oleh Pemerintahan Trump untuk Iran.

Harga minyak mentah patokan dunia, Brent, menyentuh level tertinggi sejak November 2014. Hal itu terjadi setelah diadakan pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dengan produsen minyak non OPEC di ibukota Al Jazair untuk membicarakan pasokan minyak dunia dan berakhir dengan tanpa persetujuan apapun.

Adapun harga kontrak berjangka Brent meningkat 67 sen menjadi 81,87 dollar AS per barel. Sementara untuk harga minyak mentah AS meningkat 20 sen menjadi 72,28 dollar AS per barel, mendekati level tertinggi sejak pertengahan Juli.

Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengkritisi OPEC dan minta organisasi tersebut menjaga agar harga minyak mentah tetap rendah. Trump meminta OPEC menekan harga minyak karena selama ini militer AS telah memberikan "perlindungan" di kawasan negara-negara Timur Tengah.

"Kami melindungi negara-negara Timur Tengah, mereka tidak akan aman dalam waktu lama jika tanpa kami. Namun mereka terus mendorong harga minya menjadi lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Kami akan ingat. OPEC melakukan monopoli dan harus menurunkan harga sekarang!" ujar Trump melalui akun Twitternya, Kamis, (20/9/2018).

Dikutip melalui Al Jazeera, Arab Saudi sebagai pemimpin dari OPEC serta Rusia menolak permintaan Trump untuk menurunkan harga.

"Saya tidak memengaruhi harga," ujar Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih.

Sebelumnya, pemerintahan Trump telah meminta negara-negara seperti China, India, dan Turki untuk memangkas impor minyak mentah Iran pada 4 November ketika Amerika Serikat kembali menerapkan sanksi untuk Iran.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, pihaknya mungkin akan memberikan keringanan untuk negara-negara importir utama minyak mentah Iran. Tetapi dirinya tetap berharap mereka menerapkan sanksi tersebut.

"Kami akan mempertimbangkan keringanan apa yang tepat, tetapi kami berharap pembelian minyak mentah Iran akan menjadi nol dari setap negara atas sanksi yang dikenakan," ujar Pompeo awal bulan ini.

Penolakan Iran

Namun Presiden Iran Hassan Rouhani menegaskan, AS tidak memiliki kapasitas untuk menurunkan ekspor minyak mentah mereka hingga nol persen.

"AS tidak memiliki kapasitas untuk membuat ekspor minyak kami hingga nol persen. Ini adalah kebohongan dan ancaman dengan kredibilitas kosong. Mungkin pada beberapa sisi kami menghadapi tekanan tertentu tetapi Amerika Serikat tidak akan mencapai tujuannya," ujar dia.

Berdasarkan Wall Street Journal, Arab Saudi sebagai pengekspor minyak utama dunia telah meningkatkan produksi mereka menjadi sekitar 10,4 juta barrel minyak mentah per hari selama dua bulan terakhir.

Namun, berdasarkan laporan surat kabar tersebut, perusahaan minyak milik negara Saudi Arabian Oil atau Aramco, tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi permintaan di masa depan jika Iran tidak lagi mengirimkan minyak mentah mereka.

Mengutip pedagang minyak, dia mengatakan, dengan kombinasi sanksi atas pembatasan minyak dan pasokan Iran di Arab Saudi, menjadi mungkin harga minyak akan melonjak di kisaran 90 dollar AS hingga 100 dollar AS per barrel.

Pedagang komoditas Trafigura dan Mercuria pun telah memperingatkan bahwa harga minyak mentah Brent dapat melonjak hingga 90 dollar per barel pada bulan Desember dan tembus 100 dollar per barrel pada awal tahun 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Al Jazeera
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com