Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli: Pembatasan Impor Tak Efektif Sembuhkan Neraca Perdagangan

Kompas.com - 26/09/2018, 18:33 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli menyebut kebijakan pemerintah dalam bentuk penetapan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Impor tidak efektif memperbaiki posisi neraca perdagangan.

Tarif PPh Impor ditujukan bagi 1.147 komoditas impor barang konsumsi agar pertumbuhan impor tidak terlampau tinggi dan neraca perdagangan tidak mengalami defisit.

"Total dari impor 1.147 komoditas itu hanya 8 miliar dollar AS. Dengan langkah yang diambil oleh pemerintah, paling impor hanya berkurang 500 juta dollar AS," kata Rizal saat ditemui dalam diskusi di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2018).

Rizal mengungkapkan, dari data terakhir defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sudah menyentuh 5 miliar dollar AS. Kemudian Bank Indonesia sebelumnya juga telah memperkirakan CAD bakal semakin melebar hingga akhir tahun ini, mencapai sekitar 20 miliar dollar AS.

Baca juga: Pengelolaan APBN dan Jawaban atas Lontaran Kritik Rizal Ramli

Dari kondisi tersebut, Rizal meragukan kebijakan pengendalian barang impor bakal efektif menekan defisit transaksi berjalan yang berpotensi makin melebar. Untuk itu, dia menyarankan pemerintah fokus pada komoditas impor yang besar-besar, salah satunya baja.

"Kenapa enggak fokus sama yang gede-gede, 10 impor Indonesia paling besar. Contohnya, baja dan turunan baja, impornya 10 miliar dollar AS," tutur Rizal.

Untuk soal baja, Rizal menyinggung perusahaan Krakatau Steel yang merugi bersama pabrik baja lain di Indonesia. Mereka merugi karena pasar Indonesia diserbu oleh baja asal China yang kelebihan kapasitas dan menjualnya dengan harga murah, menyebabkan pabrik baja dalam negeri kehilangan daya saing.

"Fokus dong itu, ambil langkah kebijakan tarif anti dumping. Kalau dilakukan, impor baja bisa dikurangi 5 miliar dollar AS. Belum lagi mobil, penjualan mobil kan tinggi sekali. Kita kenakan pajak impor atau pajak pembelian," ujar Rizal.

Rizal berharap pemerintah tidak terlambat memikirkan langkah ke depan guna menyelamatkan ekonomi Indonesia. Dia juga menganggap belakangan apa yang dia sampaikan telah diakui pemerintah, tepatnya oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan ekonomi Indonesia rentah terhadap kondisi global, bagaikan danau dangkal.

"Baru sekarang Menteri Keuangannya mengakui bahwa ekonomi Indonesia kayak kolam dangkal. Rizal Ramli sudah bilang itu 1,5 tahun lalu, dibantah-bantah, ternyata apa yang diomongin benar semua," ucap Rizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Catat, Ini Jadwal Perjalanan Ibadah Haji Indonesia 2024

Whats New
Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Pada Liburan ke Luar Negeri, Peruri Sebut Permintaan Paspor Naik 2,5 Lipat Pasca Pandemi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com