Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli: Pemerintah Enggak Berani dengan Importir Gede

Kompas.com - 26/09/2018, 19:06 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Ramli menilai pemerintah tidak berani "menyentuh" pemain-pemain impor besar dalam rangka menekan angka pertumbuhan impor yang membuat neraca perdagangan defisit.

Rizal menilai, kebijakan pembatasan impor barang konsumsi saat ini tidak efektif karena nilainya yang kecil dan tidak signifikan terhadap keseluruhan impor Indonesia.

"(Importir) elektronik, baja, mobil, chemical, itu kan gede-gede dan punya pengaruh. Pemerintah enggak berani menghadapi yang gede, sedangkan yang kecil tenang saja. Pemerintah terjerat dengan berbagai kepentingan," kata Rizal dalam sebuah diskusi di Hotel Ibis, Jakarta Pusat, Rabu (26/9/2018).

Pemerintah telah menerapkan tarif baru Pajak Penghasilan (PPh) Impor dalam rangka menekan pertumbuhan impor yang melebihi ekspor. Tarif PPh Impor itu dikenakan untuk 1.147 komoditas impor barang konsumsi, sementara porsi barang konsumsi dalam total impor Indonesia adalah yang paling kecil ketimbang impor bahan baku serta barang modal.

Baca juga: PPh Impor Naik, Mendag Pastikan Indonesia Tak Melanggar WTO

Dia menghitung, nilai dari 1.147 komoditas impor barang konsumsi yang dikenakan kenaikan tarif PPh Impor sekitar 5 miliar dollar AS. Dengan menerapkan kebijakan tersebut, potensi pengurangan impor bisa mencapai 500 juta dollar AS.

Jika pembatasan impor menyasar komoditas yang nilainya lebih besar, seperti baja dan turunannya, Rizal menyebut bisa menekan impor hingga 5 miliar dollar AS dari total impor baja secara keseluruhan sebesar 10 miliar dollar AS.

Di sisi lain, pabrik baja Indonesia kesulitan karena ada baja impor dari China yang mengalami kelebihan kapasitas dan dijual dengan harga murah, membuat pengusaha dalam negeri sulit bersaing.

"Banyak contoh-contoh asal pemerintahnya cerdas dan tidak telmi (telat mikir), fokus di 10 impor paling besar. Dengan begitu, obatnya cukup kuat untuk menstabilkan rupiah," tutur Rizal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com