Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sepi Penumpang, Kereta Bandara Dikritik oleh Penggagas

Kompas.com - 28/09/2018, 14:52 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kereta bandara relasi Stasiun Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta dianggap belum sesuai ekspektasi. Hal ini terlihat dari sepinya penumpang yang menggunakan jasa angkutan tersebut.

Hal senada juga dirasakan mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Edy Haryoto, yang memprakarsai kereta bandara kala itu.

Edy mengatakan, ada beberapa hal yang tak sesuai ekspektasinya saat menelurkan ide itu. Salah satunya soal okupansi penumpang yang jauh dari target.

"Beberapa hari lalu dapat kiriman kliping berita luar negeri, disebutkan KA Bandarahanya okupansi 40 persen" ujar Edy di kantor pusat Railink Jakarta, Jumat (28/9/2018). "Saya kan merasa disalahi, belum mencapai target," lanjut dia.

Edy memakluminya karena kereta bandara baru berjalan delapan bulan. Ia mengatakan, saat baru mulai disampaikan idenya pada 2002, ia membayangkan ada stasiun yang terintegrasi langsung dengan terminal-terminal di bandara. Sehingga penumpang kereta bandara merupakan orang-orang yang sudah pasti akan beraktivitas di bandara untuk bepergian ke tempat lain.

Dengan demikian, proses check in juga bisa dilakukan di stasiun kereta bandara.

"Di sini sudah bicara dengan groundhandling sehingga bagasi sudah diurus. Jadi udah on board. Itu yang belum terjadi," kata Edy.

Namun, yang terjadi saat ini kereta bandara berakhir di area terpisah dengan terminal di bandara. Penumpang harus naik laigi sky train untuk sampai ke terminal yang dituju.

"Setelah itu masih harus seret koper. Terminl III digebukin karena terlalu jauh," lanjut dia.

Saat dirinya masih menjadi Dirut KAI saat itu, Edy. membayangkan kereta bandara merupakan suatu moda khusus. Karena itu ia mengatur agar jalurnya tak mengganggu relasi kereta reguler. Keret tersebut spesial, sehingga rutenya menjauh dari stasiun-stasiun di sekitar bandara, seperti Tangerang.

Faktnya, cukup banyak pengguna kereta bandara tujuannya menuju bandara Soekarno-Hatta. Sebagian memanfaatkan kereta tersebut menuju stasiun yang dilintasi kereta tersebut, yakni Stasiun Sudirman Baru, Stasiun Duri, dan Stasiun Batu Ceper.

Persoalan lainnya adalah letaknya yang dianggap kurang strategis. Edy mengaku sedikit kebingungan untuk aksses masuk stasiun. Letaknya juga agak tersembunyi di bawah kolong terminal jalan Jenderal Sudirman. Hal ini membuat stasiun tersebut sulit dijangkau dengan kendaraan umum karena letaknya agak jauh dari terminal Trans Jakarta.

"Tapi kalau nanti udah jadi satu, sentralized, ada MRT, insya Allah akan jauh lebih baik," kata Edy.

Edy mengatakaan, kritiknya tersebut bukan berarti menyalahkan apa yang telah dilakukan Railink. Ia yakin hal-hal tersebut masih bisa diperbaiki ke depannya.

Edy juga telah menyurati Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, mempertanyakan sebenarnya status kereta bandara adalah murni angkutan ke bandara atau komuter. Pasalnya, ia merasa keberadaaannya kini menggeser peran komuter karena penumpang yang ke arah Duri atau Batu Ceper lebih memilih naik kereta bandara ketimbang Commuter Line.

"Ya tidak apa-apa sih, daripada tidak nambah penumpangnya," kata Edy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ekonomi China Tumbuh Lebih dari Perkiraan, Pemerintah Berharap Investasi Jalan Terus

Ekonomi China Tumbuh Lebih dari Perkiraan, Pemerintah Berharap Investasi Jalan Terus

Whats New
Pemerintah Pantau Harga Minyak untuk Kebijakan Subsidi Energi

Pemerintah Pantau Harga Minyak untuk Kebijakan Subsidi Energi

Whats New
Dorong Kesejahteraan Pegawai, Bank Mandiri Integrasikan Program 'Well-Being'

Dorong Kesejahteraan Pegawai, Bank Mandiri Integrasikan Program "Well-Being"

Whats New
CEO Apple Berkunjung ke Indonesia, Bakal Tanam Investasi?

CEO Apple Berkunjung ke Indonesia, Bakal Tanam Investasi?

Whats New
Konflik Iran-Israel, Kemenaker Pantau Situasi di Timur Tengah

Konflik Iran-Israel, Kemenaker Pantau Situasi di Timur Tengah

Whats New
Menperin: Konflik Iran-Israel Bikin Ongkos Produksi Energi RI Naik

Menperin: Konflik Iran-Israel Bikin Ongkos Produksi Energi RI Naik

Whats New
Pelaku Industri Satelit Nasional Mampu Penuhi Kebutuhan Akses Internet Domestik

Pelaku Industri Satelit Nasional Mampu Penuhi Kebutuhan Akses Internet Domestik

Whats New
Sebanyak 930 Perusahaan Nunggak Bayar THR, Terbanyak di DKI Jakarta

Sebanyak 930 Perusahaan Nunggak Bayar THR, Terbanyak di DKI Jakarta

Whats New
3 Faktor Kunci yang Pengaruhi Perekonomian RI Menurut Menko Airlangga

3 Faktor Kunci yang Pengaruhi Perekonomian RI Menurut Menko Airlangga

Whats New
IHSG Melemah, Ini 5 Saham Paling 'Boncos'

IHSG Melemah, Ini 5 Saham Paling "Boncos"

Whats New
10 Bandara Tersibuk di Dunia Sepanjang Tahun 2023

10 Bandara Tersibuk di Dunia Sepanjang Tahun 2023

Whats New
Kedubes Denmark Buka Lowongan Kerja, Gaji Rp 132 Juta Per Tahun

Kedubes Denmark Buka Lowongan Kerja, Gaji Rp 132 Juta Per Tahun

Whats New
Pelemahan Rupiah Akan Berpengaruh pada Manufaktur RI

Pelemahan Rupiah Akan Berpengaruh pada Manufaktur RI

Whats New
Rupiah 'Ambles', Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Rupiah "Ambles", Pemerintah Sebut Masih Lebih Baik dari Ringgit dan Yuan

Whats New
Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS dari Korea Development Bank

Perkuat Struktur Pendanaan, KB Bank Terima Fasilitas Pinjaman 300 Juta Dollar AS dari Korea Development Bank

BrandzView
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com