Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Millenial Mulai Tertarik dengan Tren Investasi Jam Tangan Mewah

Kompas.com - 04/10/2018, 07:32 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com - Ada masa ketika para milenial tidak gemar mengoleksi jam tangan mewah seperti yang dilakukan para pendahulu generasi mereka.

Namun, menurut dua ahli minat untuk membeli ataupun mengoleksi jam tangan mewah telah pulih di kalangan ini. Karena, sebagian orang dari generasi milenial menjadikan jam tangan mewah sebagai sebuah investasi.

Dikutip dari Business Insider, pendiri Millennial Singapore Watch Club Tom Cheng dan CEO jual-beli jam mewah Maxi-Cash Ng Leok Cheng mengungkapkan ada 3 hal yang membuat tren mengoleksi arloji branded kembali naik.

 

1. Jam Tangan Mewah, bukan Soal Penunjuk Waktu'

Menurut Ng Leok Cheng bahwa telepon genggam membunuh pasar jam tangan ini secara massa, karena orang-orang tidak lagi membutuhkan jam untuk memberi tahu waktu. Anehnya, justru hal ini telah membuat jam tangan mewah malah makin diinginkan.

"Tidak ada alasan praktis mengapa orang perlu memakai jam lagi ketika telepon genggam atau bahkan microwave di rumah merekadapat mengetahui waktu," katanya.

Karena hal itu, malah menciptakan kasus yang lebih menarik untuk mengenakan jam tangan mewah ini.

"Anda tidak membutuhkannya, tapi Anda menginginkannya. Itu adalah sebuah pernyataan," jelas Ng Leok Cheng

Kedua ahli mengatakan jam tangan dilihat sebagai sebuah mode, dan mereka melihat tren seperti lebih banyak karena bahkan seorang perempuan membeli dan memakai jam tangan untuk kaum pria.

 

2. Jam Tangan Mewah jadi Investasi yang Layak

jam tangan jam tangan
Dibandingkan dengan tas dan perhiasan mewah, jam tangan memberikan nilai jual tertinggi. Saat ini sedang populer sebagai investasi walaupun dengan ekonomi yang tidak stabil. CEO jual-beli jam mewah Maxi-Cash mengatakan, bisnis jual-beli melihat ada peningkatan jumlah pembeli muda untuk mendapatkan jam tangan mewah mereka dari pasar barang bekas.

"Likuiditas sangat penting di dunia yang tidak pasti ini, sehingga orang menyukai jam tangan karena kemampuan untuk memonetisasinya baik. Nilai jual-beli mereka baik dan permintaan selalu tinggi untuk model seperti Rolex," katanya.

Dia menambahkan bahwa kaum pria kalangan milenial khususnya sebagian besar terpengaruh tren jam tangan mewah ini, karena jam tangan adalah salah satu dari aksesori yang bisa mereka miliki untuk dikoleksi.

 

3. Dianggap Punya Nilai Artistik

Tom mengatakan, generasi milenial tumbuh di era digital “tertarik” oleh jam tangan mewah karena terlihat artistik.

Hal ini karena jam tangan mewah sebagian adalah buatan tangan dan mengenakannya di kulit memiliki keintiman tersendiri. Sementara generasi inipun mulai menghargai sepenuhnya produk yang kerjakan agar hasilnya nampak artistik. Sementara konsep waktu adalah hal untik tersendiri bagi generasi ini.

“Mesin yang sangat akurat ini melacak waktu yang hanya berjalan pada roda gigi dan pegas. Jam tangan adalah alat pengukur, tidak berbeda dari penggaris atau timbangan. Tetapi barang-barang itu tidak berarti seperti jam tangan, karena waktu sangat berharga. Jam tangan pada dasarnya melacak keberadaan kita di bumi, dan pencarian jam untuk metode terakhir menceritakan waktu itu," jelas Tom.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

GOTO Catat Rugi Bersih Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024, Susut 78 Persen

GOTO Catat Rugi Bersih Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024, Susut 78 Persen

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Kredit Bank Jatim Naik 18,7 Persen Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Menteri Trenggono Akui Sulit Cegah Penyelundupan Benih Lobster

Whats New
Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Ormas Bakal Bisa Kelola Izin Tambang, Ini Alasan Bahlil

Whats New
TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

TRIS Bakal Bagikan Dividen Final, Simak Besarannya

Whats New
Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com