Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salaku, Sambal Salak Buatan Rumah Khas Bekasi

Kompas.com - 05/10/2018, 06:45 WIB
Putri Syifa Nurfadilah,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Buah salak yang lekat dengan cita rasa manis dijadikan Shelly, perempuan asal Bekasi menjadi hidangan anti mainstrem, yakni sambal.

Masyarakat Indonesia pastinya sudah tidak heran dengan berbagai sambal khas Nusantara yang memang kaya. Namun, jika sambal dari buah, paling-paling sambal tomat atau sambal mangga, bukan?

Lewat Salaku, perempuan 47 tahun ini mengenalkan sambal salak. Awal mula usahanya, olahan salaknya ini berbentuk brownies dan kue kering. Namun, justru pelanggannya malah meminta olahan salaknya dibuat jadi produk lain.

"Sebenarnya kan kalau pas awal, Salaku itu baru di brownies dan kue-kue, berjalan dari waktu ke waktu ternyata malah permintaan dari pasar itu ingin (olahan) yang gurih-gurihnya, akhirnya saya berpikir kenapa tidak dibuat sambal,” ujar salah satu peserta Top 20 The Big Start Indonesia ini kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Shelly kemudian menjelaskan, buah salak memang benar-benar bisa dijadikan sambal. Namun, ada teknik khusus yang mesti dilakukan.

Pertama, harus mengenali dulu karakter salaknya.

“Kalau dibuat sambal, salaknya dipotong-potong. Bahannya dari rawit merah, tanpa cabai keriting dan bawang putih dan ditambahkan ebi. Ketika melewati proses pemasakan, rasa manis salaknya akan berkurang sebenarnya, tapi akan muncul rasa khas. Pas sudah jadi akan ada perpaduan pedas, gurih dengan potongan salak yang sudah kita masak,” jelas ibu tiga anak ini.

Beda halnya dengan sambal, untuk hasil olahan lain seperti brownies dan cookies tentu berbeda pula pengolah dasar buah ini. Misal untuk cookies, buah salak harus diolah menjadi selai terlebih dahulu.

Agar menghasilkan cookies yang renyah ketika dimakan.

"Kita kuasai dulu karakter salaknya. Kalau dimasukkan ke sambal gimana, kalau untuk cookies gimana. Kalau cookies kan memang harus kering, jadi agar tetap renyah kita jadikan selai dulu, kita olah,” papar Shelly.

Penjualan Salaku saat ini melalui kanal online melalui e-commerce dan marketplace, sedangkan kanal penjualan offline ada di beberapa hotel dan toko oleh-oleh di Bekasi.


Berawal dari bantu perekonomian keluarga

Usaha rumahan yang sudah digeluti Shelly sejak 2016 silam ini, diakuinya memang belum menghasilkan banyak laba. Sebab, niat awalnya adalah ingin punya usaha sendiri yang inovatif dan bermanfaat, terutama untuk membantu perekonomian keluarganya.

"Kita itu basisnya rumahan, saya juga ibu rumah tangga yang sedang dalam kondisi kesulitan ekonomi sebenarnya, sedang survive untuk bantu perekonomian keluarga pada awalnya. Akhirnya dulu kita mulai usaha dari yang ada di rumah saja. Kebetulan anak saya yang bungsu ini suka makan salak, jadi kepikiran dari sana juga,” tutur Shelly.

Dari sana, Shelly pun berusaha mengenalkan produknya ke publik, mulai dari rekan terdekat hingga mengukuti pameran dan kompetisi tentang kewirausahaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com