"Setelah saya kenalkan ke media sosial responnya bagus, terus akhirnya saya pasarkan, (pelanggan) cocok dan repeat order. Terus nambah seiiring waktu berjalan. Dari sana saya mulai upgrade peralatan untuk produksi agar lebih besar," cerita Shelly.
Kini ia pun sudah bisa mengolah buah salak hingga 1 karung atau 30 kg dalam seminggu. Dari 30 kg buah salak ini bisa disulap menjadi beragam hidangan, mulai dari brownies, cookies, pralin (coklat isi selai salak) hingga sambal salak sendiri.
Memulai bisnis nyaris tanpa modal, kini omzet yang didapatnya berkisar kurang lebih Rp 5-10 juta per bulan bergantung musim.
Ingin jadi ikon oleh-oleh Bekasi
Sebagai produk rumahan yang belum banyak orang kenal, tantangan bagi dirinya adalah agar orang familiar dengan produk-produknya ini.
"Karena produk ini belum banyak dikenal, tantangannya adalah mengenalkan. Orang juga pasti bertanya memang bisa salak dibuat brownies? Dibuat sambal? Awalnya pasti anggap aneh, ini yang mesti dikenalkan. Banyak orang belum familiar dengan produk-produk ini," ujar Shelly.
Mimpi Shelly ke depan, selain mengembangkan usahanya, ia pun ingin menjadikan olahan salak miliknya menjadi oleh-oleh khas Bekasi.
"Saya pengen menjadikan produk salakku ini produk unggulan ukm bekasi yg bisa jadikan oleh-oleh khas. Saya berusaha mengenalkan, ini loh produk hasil usaha kecil menengah (UKM), bahwa ini nantinya jadi oleh-oleh khas Bekasi,” ucap Shelly.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.