Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Hampir Rp 15.200, Darmin Sebut Akibat Perang Dagang China-AS

Kompas.com - 05/10/2018, 10:31 WIB
Ridwan Aji Pitoko,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution angkat bicara terkait kembali perkasanya dollar AS terhadap rupiah.

Kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), menempatkan rupiah di posisi Rp 15.187 per dollar AS pada Kamis (5/10/2018) atau melemah 100 poin dari posisi Rabu (4/10/2018) di Rp 15.088 per dollar AS.

Adapun pada Jumat (5/10/2018) pukul 10.24, berdasarkan data pasar spot Bloomberg, rupiah bertengger pada level Rp 15.182 per dollar AS.

Setidaknya ada dua hal menurut Darmin yang membuat depresiasi rupiah terhadap dollar AS dalam sepekan ini menyentuh level Rp 15.000 lebih. Kedua hal yang dimaksud adalah perbaikan ekonomi AS dan perang dagang yang terjadi antara AS dan China.

"Ekonomi Amerika entah bagaimana itu memang bagus, heran kita ya kan, jadi ekonomi memang bagus itu satu. Kemudian yang kedua kelihatannya perang dagang ini sudah enggak bisa direm dan ini akan jalan dan makin mengenai masing-masing negara," ujar Darmin di Gedung Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta.

Hal tersebut, lanjut Darmin, kemudian berimbas kepada ketidakstabilan ekonomi global yang tidak bisa dihindari lagi. Darmin bahkan ragu kalau ketidakstabilan itu bisa berakhir pada kuartal I 2019 seperti yang banyak diprediksi oleh berbagai pihak.

"Itu akan jalan terus malah. Kalau tadinya dibilang paling kuartal pertama tahun depan (berakhir), kayaknya enggak," imbuh dia.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati senada dengan Darmin. Dia menyebutkan bahwa faktor eksternal berperan besar sebagai penyebab depresiasi rupiah selama sepekan terakhir.

Ia memastikan pelemahan rupiah tak ada kaitannya dengan musibah gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah.

"Tidak (berhubungan dengan bencana). Saya lihat dominasi hari ini mayoritas berasal dari luar yang sangat dominan pada saat yang lalu. Kita lihat sentimen kemarin adalah Italia yang defisitnya besar," kata Sri Mulyani di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com