Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Tambah Utang, Ini Keuntungan Jadi Tuan Rumah Pertemuan IMF-Bank Dunia

Kompas.com - 08/10/2018, 11:12 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pelaksanaan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF)-Bank Dunia di Bali ternyata tak melulu mendapat tanggapan positif. Sejumlah politisi menetang pelaksanaannya karena dianggap butuh biaya mahal untuk persiapannya. Bahkan, di media sosial beredar isu bahwa Indonesia sebagai tuan rumah memanfaatkanya untuk menambah utang.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, melalui akun Twitter @ChatibBasri, menyanggah isu tersebut.

"Ada pertanyaan apakah dengan pertemuan tahunan tujuannya untuk meminta tambahan utang? Jawabannya sama sekali tidak," tweet Chatib yang dia tulis pada Minggu (7/10/2018).

Chatib mengatakan, untuk meminta tambahan utang tak perlu menjadi tuan rumah. Berbeda kasus dengan Argentina yag memang mengajukan utang ke IMF karena krisis yang melanda tahun ini.

Baca juga: Menko Luhut: Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali Terbesar Sepanjang Sejarah

Chatib mengatakan, Indonesia mengajukan diri sebagai tuan rumah pertemuan itu sejak September 2014, yang mana saat itu Presiden keenam Susilo Bambang Yudhoyo masih memimpin. Kemudian baru resmi dipilih menjadi tuan rumah pada Oktober 2015 saat sudah berganti kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Chatib mengakui proses seleksi menjadi tuan rumah tidak mudah. IMF-WBG melihat dulu kelayakan negara-negara yang mengajukan. Di Asia, baru ada empat negara yang jadi tuan rumah, termasuk Indonesia, yakni Filippina, Singapura, dan Thailand.

Mengapa pemerintah saat itu memperjuangkan agar Indonesia menjadi tuan rumah?

Chatib mengatakan, ada sejumlah keuntungan yang bisa diperoleh Indonesia karena ketempatan hajatan internasional itu.

"Di dalam pertemuan ini dibahas situasi ekonomi dunia, diskusi mengenai kebijakan negara-negara, perkembangan teknologi, dan sebagainya. Indonesia bisa memanfaatkan itu untuk komunikasi dan memasukkan idenya," cuit Chatib.

Contohnya, kata Chatib, saat terjadi taper tantrum tahun 2013, mata uang beberapa negara, termasuk rupiah, melemah akibat rencana The Fed mengakhiri kebijakan ekspansi moneternya. Indonesia pun menyampaikan perhatiannya ke The Fed.

Bersama Gubernur Rajan dari India saat itu, dalam pertemuan terbatas, Chatib meminta The Fed melakukan komunikasi dan mempertimbangkan dampak kebijakannya pada emerging economies. Saat itu, IMF mendukung Indonesia.

Pada 2014, ketika Janet Louise Yellen menjadi pimpinan the Fed, ia mulai mengomunikasikan kebijakannya agar negara lain siap.

"Itulah salah satu manfaat pertemuan tahunan. Kita bisa memperjuangkan ide kita di forum-forim itu. Sedangkan untuk tambahan utang, tak perlu pertemuan tahunan," tulis Chatib.

Menurut Chatib, justru Indonesia harus memanfaatkan pertemuan tahunan ini untuk memasukkan agendanya. Dengan begitu, Indonesia akan berperan di level global.

Chatib kemudian menjawab pertanyaan lain yang masuk ke Twitter-nya. Seperti soal kapan anggaran persiapan IMF-WBG Annual Meeting diajukan. Menurut Chatib, anggaran baru disusun setelah Indonesia ditunjuk sebagai tuan rumah pada Oktober 2015.

"Dan itu terserah Indonesia mau membuatnya besar atau kecil. Sama seperti Asian Games juga," kaa dia.

Pertanyaan lainnya yakni apakah Indonesia bisa menolak jadi tuan rumah? Menurut Chatib, bisa-bisa saja.

"Bisa saja kalau mau, Indonesia mundur sebelum Oktober 2015. Koreksi kalau saya salah," tanggap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com