Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pengusaha Asal AS yang Pilih Berinvestasi di Indonesia

Kompas.com - 10/10/2018, 06:45 WIB
Kontributor Amerika Serikat, Andri Donnal Putera,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

BADUNG, KOMPAS.com - Di tengah gelaran Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali, ada momen ketika para investor berdatangan untuk mengetahui perkembangan terkini serta menjalin relasi guna mencari potensi investasi baru mereka. Ada di antara mereka yang merupakan investor baru maupun investor lama atau sudah pernah berinvestasi di Indonesia sebelumnya.

Salah satunya adalah Wajih Malki, pengembang asal Amerika Serikat. Malki mewakili perusahaannya, EBD Paragon, yang berinvestasi untuk pembangunan resort dan pengolahan air bersih di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Kepada wartawan, Malki menceritakan bagaimana awalnya dia memutuskan untuk investasi di Indonesia. Menurut Malki, pihaknya telah mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia selama 15 tahun terakhir, dan terlihat sangat menjanjikan sebagai destinasi investasi, khususnya di sektor pariwisata.

"Kami melihat progress yang signifikan, Indonesia punya lingkungan kondusif untuk berinvestasi. Sayangnya, belum banyak orang yang tahu tentang potensi ini," kata Malki di Hotel Conrad, Selasa (9/10/2018).

Perusahaan Malki memiliki kantor cabang di Filipina yang salah satu tugasnya memberi laporan rutin dan studi tentang kelayakan Indonesia sebagai negara tujuan investasi. Setelah mulai yakin, Malki sendiri langsung datang ke Indonesia dan melihat bagaimana kondisi di Mandalika.

Alasannya, memilih Mandalika karena bisnis pariwisata saat ini sedang berkembang pesat, dan daerah tersebut dinilai potensial untuk menjadi kawasan layaknya Bali.

Malki pun bekerja sama dengan sejumlah BUMN dalam merealisasikan proyeknya di Mandalika, di antaranya PT PP (Persero), Indonesia Tourism Development Center (ITDC), serta PT Adhi Karya (Persero).

Menurut Malki, investasi di Mandalika dari pihaknya bukan yang terbesar. Namun, dia melihat untuk jangka panjang akan ada investasi lain yang berkelanjutan, dimulai dari pembangunan infrastruktur pariwisata seperti hotel hingga pengolahan air bersih di tempat seperti Mandalika.

"Kami memilih tempat, menghitung risikonya dan melihat pro kontranya, dan kami percaya Lombok akan berkembang. Ada banyak pulau di Indonesia yang ke depannya akan maju dan berkembang, tapi sekarang waktunya untuk Lombok," tutur Malki.

Ketika ditanya apa faktor kunci berinvestasi di suatu negara, Malki menyebut dua hal, yaitu stabilitas politik dan transparansi berjalannya suatu negara. Kedua hal penting ini sudah ada di Indonesia, ditambah komitmen pemerintah untuk memajukan sektor pariwisata.

"Menteri BUMN Ibu Rini yang mewakili pemerintah mengatakan mereka memastikan investasi kami aman, jadi kami percaya diri saja terus berinvestasi," ujar Malki.

Terhadap risiko investasi di Indonesia berupa potensi bencana, Malki menyatakan sudah memahami geografi dan kondisinya. Meski kondisi ekonomi global juga sedang diliputi ketidakpastian, Malki tetap yakin untuk investasi di sektor pariwisata.

"Pariwisata adalah industri yang tidak pernah mati, mau bagaimanapun kondisi ekonomi globalnya. Contohnya, ketika ekonomi China turun, tapi turis dari China tetap jalan-jalan kan, dan jumlahnya enggak pernah turun, selalu naik," ucap dia.

EBD Paragon berinvestasi sebesar 21 juta dollar AS untuk pengolahan air bersih dan 88 juta dollar AS untuk pembangunan hotel dan resort di Mandalika. Selain membangun kedua hal tersebut, mereka juga akan membuat kawasan industri hingga permukiman untuk menunjang aktivitas perekonomian di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com